Menyenangkan ketika pada akhirnya saya memutuskan untuk terjun bebas mengenal sosial media lebih dalam lagi. Sebut saya kepo, rasanya ada aja hal baru yang bikin saya pengen tau tentang hal ini.
Channel baru, gaya bahasa baru, fitur baru. Semua hal baru yang rasa-rasanya ga abis dikulik satu-satu dalam rentang sepuluh jari. Semakin mudahnya akses untuk mengenal seseorang dan menilai sesuatu, juga membawa kemudahan bagi orang-orang yang ingin membentuk reputasi serta persepsi.
Tapi jangan gegabah, apa yang kita lakukan di dunia online bisa mempengaruhi reputasi kita. Ga usah jauh-jauh nyari contoh, saya bisa saja hanya menilai sesorang dari portfolio yang dia unggah ke salah satu media online. Padahal saya sama sekali ga akrab sama orangnya, hanya bertemu beberapa kali, itu juga untuk keperluan pekerjaan. Dengan melihat itu saja bahkan saya sudah bisa memutuskan, apakah saya bisa bekerja sama dengan orang tersebut atau tidak.
Dan gimana saya bisa tau portfolio orang tersebut? Berterimakasihlah dengan adanya search engine. Makanya jangan heran kalo bulan depan, taun depan, atau taun-taun berikutnya tiba-tiba saya jadi famous. *ngarepdotcom*
Hebat banget ga tuh?
How fast we judge someone hanya dengan apa yang terpapar disana. Meskipun pepatah
dont judge a book by its cover masih famous dikoar-koarkan orang-orang, rasanya sifat alamiah manusia ga bisa bohong.
Terkait dengan reputasi, sekarang-sekarang ini makin banyak istilah yang muncul terkait dengan bagaimana persepsi orang tentang kita, dan yang sering saya dengar adalah
Personal Branding dan
Personal E-Reputation. Saya ga akan ngebahas apa dan bagaimana, karena jujur aja saya pun masih mencari tau.
Tapi menurut yang saya baca, reputasi baik atau buruk bisa kamu bentuk. Satu cara membentuk reputasi yang baik adalah dengan menggali potensi positif kamu dan tinggalin yang jelek-jelek dari kamu. Ada lagi
5 pasal penting agar reputasi online kamu ga babak belur yang perlu kamu tau, agar kisah kasih di ranah
offline dan
online tetap seimbang.
Back to topic, membentuk reputasi mungkin ga sesulit yang dibayangkan, yang sulit adalah mempertahankan gimana caranya biar reputasi yang sudah dibentuk ga berubah jadi negatif.
Yeah,
somehow we become devil too, dont you?
(c)
image