Sunday, January 15, 2017

Who Are You Without Your Past?

That day, when the sun shine brightly. I met someone and had a conversation with him.
"You're type of woman who always see the past, then set future goals later", he said.
"Wow", I glanced at his brown eyes.
"If you want to be by my side, you should know what will happen with us in the future without looking back", he explained without hesitation.
That's fairly deep conversation I think. For someone who first met. And talked for thirty-minutes. He was pretty quick to judge me.

The 'conversation' is quite relaxing indeed. Honest. Straight to the point. And makes me wonder.

Who are you without your past?

You learn many things from looking back don't you? Not always your past. But also people around you. Mother, sister, uncle, aunty, neighbor, co-worker, a close friend, someone who accidentally met on your way. Their past indirectly establish yourself now.

Who are you without your past?
You learn how to struggle and face this fucking world. You realize that not everyone likes you as a person. Nor they would feel happy if you're happy too. You learn how to ignore them. Because you know what's better for your life. You learn how to talk to others as much as you can, and choose the one that suits to your view of life.

Who are you without your past?
You learn how to appreciate your life and people's life. Life that you may have never imagined. You know exactly, maybe out there many people want to be on your shoes. And you as a human being, will always compare with other people's life. Then you learn how to stop it. And just do many good things to remember.

Who are you without your past?
You learn how to work hard. And play hard at the same times. You understand that convenience always comes with difficulties. You learn to choose when you have to work until the end of the night, or go home earlier to replace the lost time. You remember, all that you have now is because you are eager and strive to achieve it.

Who are you without your past?
You learn how to love someone properly and unconditionally. You know sometimes relationship getting sucks. And not always as beautiful as you expect. You learn how to handle it. You learn that there are times when you have to hold her tight or let her free. Moreover, you learn how to laugh your follies of your past.

You learn being good. You learn being a better human. You learn being a best man, father, child, friend, boyfriend, husband, from all mistakes that you've ever done in the past. 

Without your past, you are maybe someone else today. Someone that i don't know. Someone that i don't remember. Someone that i call: stranger.

By looking at the past, it doesn't mean you always be there.

Pengacau Hati

Telepon pintar Bintang berdering. Rendy, nama itu tiba-tiba muncul di layar. Tumben, pikirnya.
"Bee, aku lagi di Jakarta anter mama nih, nanti aku mampir ke rumah kamu ya"
"Kamu dimana?"
"Tiga puluh menit lagi aku nyampe rumah kamu, aku drop mama dulu ya"
Klik. Percakapan mereka diputus.

Jantung Bintang berdegup kencang. Ia tidak bisa menghentikannya. Otaknya berpikir cepat. Ia harus mengganti baju tidurnya. Secepat mungkin membuka lemari dan mengambil baju terbaik yang ia punya.

Bintang sudah menunggu saat ini tiba. Rendy menghampirinya, akhirnya. Bandung - Jakarta memang tidak jauh. Namun Bintang tidak cukup berani untuk bertandang dan menyatakan perasaannya pada Rendy.

Tiga puluh menit terasa begitu lama. Perasaan Bintang sudah lebih lama ada, namun rasanya baru kemarin ia merasa jatuh cinta. Ah, cinta. Rasanya terlalu naif untuk mengatakan bahwa itu cinta.

Suara mobil berderu di depan rumah. Mungkin itu Rendy, pikir Bintang. Ia bergegas keluar. Jantungnya semakin berdegup kencang. Lebih kencang hingga tangannya bergetar ketika membuka pintu.

Mobil sudah terparkir di halaman. Sesosok pria berpolo shirt putih dengan senyum mengembang menghampiri Bintang. Rendy mengacak-ngacak poni Bintang, menyadari bahwa ia telah lama ditunggu.
"Yuk, masuk", sapa Bintang.
Bintang dan Rendy duduk bersebelahan di ruang keluarga. TV menyala, namun tak satupun dari mereka memerhatikan. Mereka bertukar banyak cerita. Sesekali tawa terdengar di sela-sela keheningan. Entah apa yang mereka tertawakan. Tak jarang Rendy tertangkap sedang mengamati ujung mata Bintang.
"Coba liat tangan kamu"
"Mau ngapain sih, Ren?"
"Mau ngukur apa bener tangan kamu lebih kecil dari tangan aku, aku ga percaya soalnya"
"Hahaha.."
Sedetik kemudian, tangan mereka saling bertautan. Bintang menyadari ini bukan ilusi. Ia mencoba melepaskan genggaman Rendy. Namun Rendy menautkan jari-jarinya semakin dalam, hingga Bintang tak kuasa menolak. Mereka larut dalam percakapan.

Setelah puas saling melepas rindu, Rendy berpamitan.
"Aku pulang ya, sudah larut"
"Oke"
Rendy perlahan melepaskan tautan tangannya. Ia membantu Bintang berdiri dari duduknya. Sebelum Rendy beranjak pergi, ia memegang kedua bahu Bintang. Kemudian mendaratkan bibirnya di ujung kepala Bintang. Bintang hanya bisa terdiam. Semuanya terasa cepat. Apa ini? Bintang tidak tahu apa ia harus mempertanyakan ini pada Rendy atau tidak. Ia hanya bisa tertegun hingga Rendy menghilang dari pandangan.

***

Sudah tiga hari terlewat sejak pertemuan terakhir mereka. Rendy mengirimi Bintang beberapa pesan, namun tidak ada yang ia balas. Bintang menunggu penjelasan, akan tetapi tidak ada satupun pesan dari Rendy yang menyinggung tentang itu. Bagi Bintang, apa yang dilakukan Rendy bukan hanya sekedar perlakuan seorang teman.

Sampai pada hari keempat, Bintang sudah tidak bisa menahan segala bentuk perkiraan. Ia memutuskan untuk menelepon Rendy dan bertanya.
"Kamu menyadari ada yang beda dari aku, Ren?
"Umm, apa ya.. Kamu lebih pendiam, pesan aku ga ada yang kamu balas satupun"
"Kamu tau kenapa?"
"Ga"
"Kamu beneran ga tau atau pura-pura ga tau, Ren?"
"Beneran ga tau"
"Hmm.. Kenapa kamu melakukan itu dirumahku kemarin?"
"Melakukan apa sih, Bee?"
"Menggenggam tanganku, mencium keningku"
"Oh itu"
"Apa itu yang dilakukan seorang teman?"
"Kita memang sedekat itu kan?"
"Kamu anggap aku apa?"
"Hmm.. Bee bukan maksudku untuk.."
"Kamu anggap aku siapa, Ren?"
"Aku sayang kamu, Bee"
"Lalu?"
"Lalu kita berteman"
Fine. Cukup sudah Bintang membuang waktu untuk pria yang ia anggap penting.

***

To be continue...
Mbak Bintang ini emang agak dramak, terima aja.
Baca cerita sebelumnya disini.

Nulis cerita ini uda agak lama, sekitar tahun lalu atau dua tahun lalu, saya lupa.
Dan sebelum jadi jamur dipojokan draft, saya publish aja.

Friday, January 6, 2017

Buram


Bukan mata kamu yang salah kok. Fotonya memang buram. Saya tersangka utama, yang mengabadikan senja sore ini.

Ceritanya ketika pulang kantor hari ini, jalan yang biasanya saya lewati ditutup dan ga ada pemberitahuan. Yaaa siapa saya juga sampai harus dikasih tau. Sempat kesal karena sudah jalannya sempit, jadi macet karena harus putar balik, waktu terbuang, terus ga ada yang ngasih tau.

Padahal sebelum masuk gang yang akan saya lewati itu, ada polisi cepek. Saya tau ini jadi kesempatan bagi mereka, untuk mendulang receh lebih banyak. "Tapi kok ya mereka jahat", pikir saya. *dramak* Kalau memang ga bisa lewat dari awal seharusnya palang pintu ditutup. Jadi kan saya bisa langsung putar balik. 

Akhirnya setelah putaran dan antrian panjang, saya memutuskan untuk keluar lewat jalan lain. Jalan keluar yang satu ini memang agak jauh dan memutar. Sambil menggerutu dan menunggu antrian keluar, saya memandang langit-langit lalu amazed sendiri, "senjanya cantik banget".

Berhubung jarang lihat matahari tenggelam di Pulo Gadung, jadi agak excited begitu menemukan. Sambil berkendara, saya coba mengabadikan. Karena ga bisa berhenti lama, walhasil gambar yang terekam ga seperti yang saya kira. Beginilah. Namun kesal hilang bersama gambaran senja yang saya simpan di kepala.

***

Kamu mungkin pernah merasa pandanganmu buram. Kabur. Ga bisa melihat apa-apa. Hidup terasa ga menyenangkan. Semua serba ga nyaman. Samar-samar. Apa-apa yang kamu lihat semuanya pudar. Bahkan kamu membuat orang lain percaya bahwa apa yang kamu lihat benar.

Padahal mungkin saja kamu hanya lupa untuk 'mengelap' kacamata. Kamu membiarkan debunya menempel pada kacamata hingga pandanganmu jadi buram. Debu-debu penyakit hati. Debu prasangka. Debu yang kalau dibiarkan terlalu lama bisa membuat kamu jatuh.

Jadi, sudah 'mengelap' kacamatamu hari ini?

Thursday, January 5, 2017

Fxxk It

Ga sengaja tiba-tiba alunan musik BigBang terputar di playlist saya. Infonya, BigBang baru saja comeback dan merilis full album Made yang dibarengi 3 single baru: Fxxk It, Last Dance, dan Girlfriend. Nah, Fxxk It ini salah satu track andalan yang berhasil merebut hati saya. Video Fxxk It di Youtube bahkan sudah dilihat lebih dari 37 juta view dalam kurun waktu hampir 4 minggu. Wiw, banyak!


Terus lagi jadi anak K-Pop, Chie?
Ga juga sih. Saya lagi bosen saja mendengarkan musik yang ada di playlist. Dengerin Fxxk It sambil ngerjain kerjaan tuh bikin semangat. Sudah gitu saya kan ga ngerti bahasanya, jadi lebih konsentrasi. Ga ada tuh nyari lirik dulu terus nyanyi-nyanyi. Eh tetep nyanyi sih, cuma bisa bagian ininya saja. Hahaha.

Era moreugetda I Love y’all
Era moreugetda I Love y’all
Era moreugetda I Love y’all
Girl I wanna get down
Era moreugetda
Era moreugetda
Era moreugetda
Girl I wanna get down

Share playlist kamu yang asik di dengerin sambil kerja dong. Mau nyontek! :p


Sunday, January 1, 2017

Goblin: The Lonely And Great God


Maafkan saya yang ga kuasa untuk ga nge-screen capture adegan ini. Saya meleleh dikasih senyumnya Kim Shin yang kaya gini. Manis banget. Gula kalah manis deh. Saya tau ini dangdut banget.

Kalau lagi nonton K-Drama, saya suka kelewat menghayati. Bisa tetiba ikut kesel. Ikut senyum-senyum. Ikut nangis. Ikut gemes. Padahal sudah tau ya jalan ceritanya memang gitu. Seolah-olah saya ikut main di dalamnya. Jadi pemeran utama wanita. Iya. Silahkan muntah. Hahaha.

K-Drama Goblin ini awal lihat teaser, niatnya ga mau nonton. Karena ga suka nonton drama yang hidup di jaman Dinasti Goryeo. Susah ngikutin. Berat. Kadang otak suka ga nyampe ngikutin jalan ceritanya. Atau memang ga suka aja sih nontonnya. Tokoh pria nya jadi ga keliatan 'beda', semua dengan pakaian dan model rambut yang sama. Ga semangat aja gitu nontonnya.

Goblin ini menurut beberapa orang jalan ceritanya seru. Dan setelah ngikutin, saya suka, ceritanya lucu. Genrenya romance fantasy. Di kehidupan nyata, mana ada manusia jadi dewa lalu immortal seperti Kim Shin. Apalagi nemu Grim Reaper --malaikat pencabut nyawa-- keluyuran nyari jiwa yang meninggal, bahkan sampe jatuh cinta sama reinkarnasi adik temennya. Tapi mungkin disitu ya letak uniknya Goblin.

Kalau saya perhatikan, memang lagi musim K-Drama yang jalan ceritanya seperti ini. Setengah ada di jaman Dinasti Goryeo dan setengah lagi ada di jaman masa kini. Seperti The Legend Of The Blue Sea, misalnya. Setelah kemarin K-Drama booming dengan tema dokter-dokteran, kaya Descendants Of The Sun, Doctors, dan yang masih berjalan Romantic Doctor, Teacher Kim.

Dan hobi baru dari nonton K-Drama adalah, dengerin soundtracknya. Goblin ini soundtracknya lumayan ear catching. Enak di dengerin sambil baca buku. Sambil makan cake, ditemenin secangkir cokelat panas. Ditambah rintik hujan. Mungkin karena beberapa ditulis dalam lirik bahasa Inggris, jadi lebih mudah dicerna. Seperti yang satu ini.



Atau setengah lirik bahasa Inggris, setengah bahasa Korea.





Dengerin intro soundtrack di bawah ini berasa familiar ga sih?



Kalau kamu, K-Drama apa yang lagi ditonton dan meninggalkan kesan dihati? Share dikolom komentar ya.