Tuesday, May 27, 2014

Pria Pilihan

"Gimana sama ponakannya Tante Myra?"
"....."
"Dia sudah hubungi kamu?"
"Belum"
"Tadi Tante Myra telepon Ibu, katanya Gilang sudah SMS kamu tapi kamu ga bales"
"Ga ada SMS dari Gilang, Bu"
"Dia itu serius mau nikah tahun ini kalau kamu mau. Tante Myra juga bilang kalau Gilang tertarik sama kamu, kamu suka ga?"
"Ga tau, Bu"
"Kok ga tau, Bee?"
Bintang memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Ibu barusan. Melihat anak sulungnya hanya diam saja, Ibu memilih untuk tidak meneruskan pembicaraan mengenai Gilang dan kembali ke kamar.

***

Bintang Putri Aurora, seorang perempuan berusia seperempat abad, yang tidak takut akan apapun. Kehidupan mengajarkan padanya untuk berani menghadapi semua tantangan yang menghadang. Namun setangguh apapun Bintang, ia tetap perempuan yang punya rasa takut. Pada apa? Hanya Bintang yang tahu.

Satu bulan lalu Tante Myra mengenalkan keponakannya, Gilang, pada Bintang. Setelah beberapa kali berusaha menghindar, akhirnya Bintang memutuskan untuk mau dipertemukan. Sore itu Gilang datang bersama Tante Myra. Mereka tidak banyak berbincang. Gilang hanya menimpali sesekali. Bintang lebih banyak berbincang dengan Tante Myra.

Gilang, pria berusia enam tahun lebih tua darinya itu berperawakan tinggi. Wajahnya tidak tampan, namun cukup berwibawa. Gilang tidak seburuk apa yang kamu pikir, hanya bukan tipe pria yang disukai Bintang.

Sulit menjelaskan pada Ibu mengapa Bintang tidak ingin meneruskan perkenalan ini. Ia memang baru bertemu Gilang satu kali. Dan entah mengapa, Bintang merasa Gilang bukan pria yang ia inginkan untuk bersama.

Bintang ragu, bagaimana mungkin Gilang berani menjalani hidup bersamanya, jika untuk menghadapi perempuan lemah seperti dirinya saja ia takut?
"Mungkin Gilang hanya malu dan ga tau gimana cara memulai, Bee"
"Tapi gue ga suka pria pengecut, Kee"
"Lo terlalu cepet menilai Gilang, Bee"
Percakapan Bintang dengan Kinanti, teman baiknya, siang itu sepertinya tidak akan habis jika Bintang terus menyangkal. Bintang memilih untuk diam dan mengalah.

Berani, menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh pasangan Bintang. Berani memulai. Berani menjalani hari-hari bersamanya. Karena Bintang menyadari, ia tidak seberani itu.

Apa Bintang terlalu pemilih? Tentu saja ia harus memilih. Tapi Bintang cukup tahu diri. Ia tidak sesempurna itu untuk mendapatkan pria sempurna yang ia inginkan.
"Jangan bilang lo masih ngarepin si Rendy, cowok brengsek itu!"
"Gue memang masih penasaran sama Rendy, tapi gue ga tau apa gue mau menghabiskan seluruh hidup gue sama dia atau ga. Jadi lo ga usah nuduh sembarangan!"
"Sorry, Bee. Gue cuma mau jagain lo. Gue ga mau si Rendy brengsek itu nyakitin lo lagi!"
"Thanks Kee, tapi gue tau apa yang gue lakuin"
***

To be continue...
Menemukan kisah ini berdebu, dipojokan draft.
Akhirnya dipublish jugak! 

Percaya

Teringat impian dahulu kala.
Yang mungkin ga akan terlaksana.
Hingga akhir masa.
Karena menjadi seseorang yang dewasa.
Ga semudah apa yang ia sangka.
Bertemu dengan realita.
Terhadang bongkahan petaka.

Tapi apa Tuhan pernah berkata "ga bisa"?

Jika kamu terus meletakkan asa.
Tepat berada di depan mata.
Tanpa sadar,
Kamu akan terus berusaha mencapainya.

Percaya?

Friday, May 23, 2014

Apa Yang Membuat Kamu Bertahan?

"Apa yang membuat kamu bertahan sejauh ini?"
"Entah"
"Kamu seperti berjuang sendirian untuk meyakinkan mereka"
"....."
"Karena uang mungkin?"
"Jika karena itu, aku mungkin sudah lama pergi"
"Lalu karena apa?"
Perempuan itu hanya terdiam dan berusaha mengingat. Bola matanya mencoba menghindar dari tatapan teduh di depannya. Takut ia dapat membaca apa yang menjadi alasan. Dan mungkin tidak cukup masuk akal untuk sebagian orang.

Otaknya berpikir keras. Mencari padanan kata yang bisa diterima oleh akal sehat.
"Karena aku... mungkin"
Shit! Perempuan itu mengutuk jawaban yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Maksudnya?"
Damn! Harusnya perempuan itu tahu bahwa apapun yang keluar dari bibir mungilnya akan ditanyakan. Sekejap tadi benaknya berlarian tak tentu arah. Ini pasti gara-gara soal matematika yang pagi tadi ia kerjakan.