Wednesday, December 31, 2014

Senja di Akhir Desember

"Aku ga tau gimana caranya bikin kamu happy"
"Kamu kenal aku lama dan masih ga tau gimana caranya menghiburku?"
"Hmm... Banyak hal yang kamu suka dan menurutku bisa membuatmu senang"
"Seperti?"
"Menghirup wangi tanah basah ketika hujan"
"Kamu tau itu"
"Tapi aku ga tau apa saat ini dengan begitu kamu akan merasa happy"
***
Sore itu hujan turun dengan deras. Senja duduk pada sofa bulat berwarna jingga yang sengaja ia letakkan di teras lantai dua dekat kamarnya, jika sewaktu-waktu langit datang membawa hujan. Senja tak membiarkan sesungging senyum menghiasi sudut bibirnya. Hanya ada tatapan kosong dan puluhan tanya yang menghiasi kepalanya.

Langit sengaja menghampiri Senja di teras sore ini. Ia mengenal Senja sejak pertama kali langkah kaki kecil mereka bisa menapak. Dulu mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk mengerjakan tugas sekolah. Hingga sekarang pun mereka masih suka bertemu sekedar membahas hal yang tak perlu. Mereka tinggal berseberangan. Semakin memudahkan untuk saling menyapa dan bertukar cerita.

Langit senang menemani Senja menikmati hujan. Terlebih sore ini, hujan ternyata datang tak sendiri. Ia membawa kabar duka yang membuat Senja semakin ingin bertemu langit.
"Aku hanya ingin berpijak pada bumi"
"Kamu sudah mendapatkannya"
"Bukan bumi yang ini"
"Bumi yang mana?"
"Kamu tau kenapa orang tuaku memberi nama Senja?"
Senja sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Mungkin karena mereka suka melihat senja"
Langit menjawab tanpa berpikir. Senja tersenyum. Senyum yang dipaksakan. Langit bisa melihat dari mata Senja yang sedikit memicing.
"Mungkin, tapi bukan itu"
"Terus apa?"
"Ibu sering menceritakan sebuah dongeng perihal namaku"
Dahulu bumi sering merasa cemburu pada langit. Langit memiliki awan, matahari dan hujan yang menemani. Setelah hujan, bahkan masih ada pelangi yang mengiringi hingga membuat langit tersenyum simpul. Kala itu, bumi yang sedang bersedih meminta pada Tuhan untuk mengirimkan fajar dan senja agar bumi tak lagi merasa sendiri.
"Lalu kaitannya dengan namamu?"
"Ayah dan ibu adalah bumiku"
"Dan kamu senja yang mereka minta?"
Senja hanya diam sambil mengawasi titik-titik hujan yang mulai berani menyentuh keningnya.
"Mereka berharap aku bisa menemani hingga mereka menutup hari"
"Dan kamu sudah memenuhi janji"
"Iya, aku sudah memenuhi janji"
Langit mengambil secarik kertas yang sudah ia siapkan dan memberikan pada Senja sebelum ia beranjak pergi.

Senja membuka perlahan dan menyesapi tiap kata dalam hati.
Dear Senja,Jika kamu merasa bumi ini seperti ingin runtuh dan bukan lagi tempat yang nyaman untukmu berpijak, then look at the sky. Bahkan langit masih punya pelangi setelah hujan.
Senja menatap langit sesaat, lalu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan menyalakan televisi. Menanti kabar apakah bumi masih mampu dipijak. Langit sedang mengirim pesan, mungkin Senja hanya perlu meng-amin-i.

Saturday, December 27, 2014

Format? Yes!

Saya baru aja berduka karena foto-foto di telepon pintar saya ilang semua. Foto yang jumlahnya ratusan ribu itu. Dan kenangan di dalamnya *mulai drama*. Padahal uda dipindahin fotonya, tapi ternyata... Ah sudahlah! Kebodohan saya sih, format hp ga ngecek dulu.

Terus ini lagi berusaha nginget foto apa aja yang saya simpen. Tapi ga berhasil. Iya, memory otak saya emang cuman setingkat di atas ikan cupang. Itu dia kenapa saya suka nulis hal-hal yang ga penting. Buat ngingetin kalo saya pernah melakukan hal-hal bodoh. Dan begitu baca ulang, begonya ternyata masih dilakuin. Haha.

Tools apa buat balikin isi memory card yang udah di format sih? Dan mengembalikan dalam bentuk folder utuh beserta isinya? *banyak mauuu*

Oke, fine kalo ga mau kasih tau! Cukup sampai disini hubungan kita.

Kzl ga sih bacanya? Hahaha.

Baiklah, kemarin saya coba install satu software. Aduh saya lupa namanya. Berhasil balikin ribuan foto sih, tapi ga ngebalikin folder yang saya mau. Malah foto-foto aneh yang muncul, entah darimana asalnya. Ngerasa ga punya foto dengan pose itu. Atau saya lupa punya foto itu. Zzz...

Coba saya install software yang lain dulu ya. Nanti kalo uda berhasil saya update lagi. *berasa banyak fansnya* :D :D :D

Wednesday, December 3, 2014

Once In a Life Time

Once in a life time. Akan ada aja orang yang ribet ngomentarin hidup kamu. Ngejegal kaki kamu saat kamu lagi asik jalan. Ngacak-ngacak mood kamu saat kamu lagi ngerasa happy. Atau sibuk cari kesalahan dari perbuatan yang ga pernah kamu lakukan.

Tapi itu bukan alasan untuk kamu boleh merasa kecil. Serta mengabaikan seluruh kemampuan yang kamu punya. Kamu berhak untuk merasa bahagia. Pun merasa berharga.

Dengan caramu. Tentunya.

Saturday, November 22, 2014

Azab Blogger Kafir

Hari rabu lalu, secara ga sengaja saya ketemu temen blogger jaman dahulu kala di kantor Google Indonesia. Kebetulan saya datang sebagai undangan dan beliau ini salah satu pembicaranya. Saat ini beliau merupakan seseorang yang cukup terkenal di ranah digital. Ga usah disebut siapanya lah ya. Pokoknya sampai detik ini beliau masih rajin ngeblog, bahkan makin aktif di social media channel lainnya.

Dari raut mukanya keliatan banget kalo beliau kebingungan waktu saya SKSD *istilah ini masih lazim digunain ga sih?*. Mungkin beliau lagi berusaha nginget-nginget siapa saya. Mungkin juga beliau masih ga inget siapa saya hingga saat ini. HAHA.

Well, percakapan seadanya sambil tukeran nomor (dengan managernya) pun dimulai.

"Lo masih ngeblog?", tanya beliau.
"Masih siiihhh.." *blogger kafir*
"Kalo si anu masih suka ngeblog?"
"Masih tapi jarang banget"
"Iya nih, yang lain uda pada nikah trus sibuk"

Emang sih, temen sepermainan ngeblog dulu beberapa sudah menikah dan ga aktif ngeblog. Atau mungkin masih ngeblog tapi saya yang ga ngikutin. Entahlah.

Saya dan beliau ini memang ga pernah berkomunikasi secara intens dari dulu. Hanya pernah kopdaran sekali, berada dalam suatu event beberapa kali dan saling meninggalkan jejak di blog masing-masing dulu. Namun karena saya subscribe blognya beliau, jadi masih update dikit lah dengan kehidupan sehari-harinya. Melihat track record nya, harusnya saya ga heran yah kalo dia ga inget siapa saya.

Atuh da saya mah siapa?

***

Dih, sebenernya yang mau saya bahas bukan itunya lagiii.

Terus ngapain nulis panjang-panjang, Chie? *yang baca mulai kesel*

Masalahnya saya lupa awalnya mau cerita apa. :))

Sunday, November 16, 2014

Kamu & Media Sosial

Berada dalam suatu forum, kamu pasti pernah memperhatikan tingkah laku gerak gerik orang lain kan? Terutama ketika mereka sedang bertanya atau mengutarakan pendapat. Lalu berdasarkan itu dengan mudahnya kamu akan menilai kepribadian mereka, "Ih pertanyaan si anu ga penting banget deh, cari muka!" atau "Yaelah ni orang ga update amat, seantero negeri uda tau kali isu yang itu". Padahal mungkin aja apa yang mereka kemukakan murni karena ketidaktahuan atau justru ingin menggali informasi secara lebih mendalam.

Yes, semudah itu. Eh kayanya saya pernah bahas ini juga deh, seberapa mudah kamu menilai seseorang hanya dari rekam jejaknya di media sosial. Gapapalah ya saya bahas lagi. Kali ini mau ngomongin tipe-tipe orang diliat dari aktivitas akun media sosialnya. Jieeee. Berasa kaya orang bener nulis ginian. Haha.

Setiap pemilik akun media sosial pasti punya ciri tertentu. Ada yang hobi update status. Ada juga yang punya kecenderungan oversharing padahal hari-harinya pendiam. Disisi lain ada juga yang akunnya kurang aktif atau malah ga punya akun sama sekali atau punya akun cuma buat stalkingin orang lain. Haha. *kabur diem-diem*

Mungkin ga sih usia menentukan seseorang tertarik atau ga nya pada media sosial?

Info dari majalah yang saya pernah baca, menurut salah seorang psikologi, usia turut menentukan. Saat remaja biasanya seseorang cenderung mencari teman dan komunitas sebanyak-banyaknya. Tapi semakin dewasa seseorang, jaringan pertemanannya menjadi sempit karena keterbatasan waktu. Ujung-ujungnya ya kalaupun mereka punya media sosial, udah pasti ga keurus, jadi pasif gitu.

Bagi mereka yang pasif di media sosial, kadang ga masalah cuma punya sedikit teman yang penting berkualitas. Dan biasanya mereka juga lebih memilih untuk bicara langsung ketimbang bicara melalui media sosial jika ada yang ingin disampaikan. Basicnya sih mereka ga doyan sharing, jadi walaupun punya media sosial timelinenya pasti miskin postingan. *ngaca*

Lain lagi sama mereka yang rajin posting. Dikit-dikit check in lokasi, posting foto, atau sekedar menyampaikan ide. Kesannya haus perhatian. Iishh, tapi mereka ga salah juga kali. Sah-sah aja kalo mereka hobi curhat atau pajang foto selfie. Udah jadi kebutuhan dasar manusia kan kalo selalu ingin diperhatikan. Lagipula bikin media sosial buat apa coba? Ya buat diliat dan dihargai orang lain dong. Justru interaksi ini yang buat media sosial jadi keliatan menarik. Kalo mau diem-dieman ajamah masuk kamar tutup pintu, ga usah bikin media sosial *merenung dipojokan*.

Saya ga boleh mencap mereka yang aktif bermedia sosial haus akan perhatian juga kan. Beberapa orang mungkin memang harus aktif di media sosial untuk mendukung karir mereka. Kalo kamu ga suka ya tinggal di unlike, unfollow atau unshare aja.

Selain yang saya ceritain di atas, ada beberapa karakter pengguna media sosial lainnya. Seperti yang saya baca dari sebuah majalah dan disadur dari Telegraph, University of Winchester Inggris. Nih saya tulisin buat kamu dengan bahasa saya yang ala kadarnya. Abis dibaca, tulis dikomen kamu masuk tipe yang mana yah. *berasa ada yang baca*

The Ultras
Mereka ini biasanya bisa ngecek timeline puluhan kali dalam sehari. Bukan cuma ngecek, tapi juga puluhan kali curhat atau posting foto. Buat mereka media sosial itu tempat untuk menunjukkan eksistensi. Tapi bisa jadi seseorang yang cerewet di media sosial padahal pendiam di dunia nyata, menunjukkan dirinya merasa terkekang dengan kondisi saat ini. *puk-puk*

The Dippers
Mereka ini punya akun media sosial tapi jaraaang banget ngakses. Ngakses itu apa ya? Hmm jarang buka gitu. Bahkan update postingan aja bisa sebulan sekali. Buat mereka, sharing sebaiknya dilakukan pada orang terdekat.

The Lurkers
Mereka ini ga pernah mengutarakan pendapatnya sendiri di media sosial. Jadi cuma nyimak kicauan orang lain. Kekecewaan atau kesenangannya terhadap sesuatu biasanya disampein lewat tanda like, favorit, atau love-love dipostingan orang lain. Mereka cenderung cari aman karena ga mau pendapatnya nyinggung banyak orang.

The Informers
Mereka ini sebisa mungkin jadi orang yang pertama yang nyebarin suatu informasi. Tujuannya ya nambahin followers, fans, atau friends. Ini menunjukkan kalo mereka ingin dianggap sebagai seseorang yang peduli terhadap lingkungan sekitar.

The Peacocks
Mereka ini haus perhatian dan popularitas. Mereka menganggap fans, followers, dan friends adalah se-ga-la-nya. Catet. Meski bukan artis ternama atau orang penting di jagad raya ini mereka selalu minta folback dari orang lain yang jadi temennya. "Minta folbeknya eaaa kakak!'", mungkin gitu cara mereka mendekati targetnya.

The Ranters
Mereka ini selalu sharing opini yang relevan dengan kasus tertentu. Mereka biasanya udah malang melintang guling-guling di media sosial sehingga bisa bedain mana yang sebaiknya di sharing atau ga.

The Ghosts
Mereka ini anonim. Iya, ga menggunakan identitas asli sebagai nama akunnya sehingga bebas-bebas aja mau ngasih pendapat, terutama opini negatif ya. Kok kaya pengecut ya. Hmm. *kan ngejudge lagi*

Eniwei, mau gunain media sosial ataupun ga sah-sah aja. Ga da yang bener atau salah. Ga perlu dijadikan suatu keharusan juga sementara kamu ga butuh-butuh amat. Yang harus di garis bawahi untuk pengguna aktif bahwa sepribadi apapun media sosial yang kamu punya tetep aja namanya media SOSIAL, which is media untuk bersosialisasi which is akan ada orang lain yang baca which is anything can be happen, termasuk masuk penjara gara-gara media sosial. Karena ya viral effect dari sosialisasi itu tadi.

Jadi gunakan media sosial sebijak mungkin dan tahan emosi. Kalo mo lebih private lagi ngadu ke Sang Pencipta aja kali yee. *postingan anak solehah* *pencitraan* :D :D :D

Friday, November 14, 2014

Jangan Menjelaskan Tentang Dirimu Pada Siapapun

Karena yang menyukaimu ga butuh itu.
Dan yang membencimu ga percaya itu.
(Ali bin Ali Thalib)

Kadang kamu ga perlu menjelaskan apapun tentang dirimu. Pada siapapun. Manusia diberi akal salah satu fungsinya ya untuk menilai seseorang. Jadi biarkan akal mereka bekerja sesuai fungsinya dan akalmu juga bekerja sesuai fungsi untuk tujuan yang baik.

Wednesday, November 12, 2014

Hari Ayah

Ooo.. Hari ini tuh Hari Ayah yah :o

Baiklah.. Saya jadi tau kenapa orang-orang rame di timeline. Ish beraninya maen di timeline, coba peluk itu ayahnya terus bilang sayang, berani ga?

Saya? Ga berani saya mah, horor pisan. :p

Saya baru tau ada Hari Ayah, beneran. Biasanya kan Hari Ibu, Hari Kartini, dan hari lain yang hubungannya sama perempuan.

Jadi apa spesialnya Hari Ayah?

Hari dimana nginget-nginget kebaikan ayah. *cetek banget* -_-"

***

Pada dasarnya semua anak, terutama anak perempuan, mengakui bahwa satu-satunya pria paling 'sempurna' dalam hidupnya pasti ayahnya. Ngaku! *maksa*

Meskipun sosok ayah keliatannya galak kaya anjing herder. Diam-diam anak perempuannya mengagumi dari jauh. Pada akhirnya ia akan tahu alasannya.

Ayah mungkin ga sesuper ibu, yang bisa mengeluarkan sesosok makhluk dari rahimnya. Kamu mungkin hanya ga tau, dibalik diamnya ayah justru beliau banyak menyimpan kekuatan. Bisa bayangkan ga, disaat Ibu bisa mengeluarkan air mata untuk sekedar melepas lelah, eh para ayah cuma bisa atur napas demi stigma "cowok itu harus kuat dan ga boleh nangis". Kurang super apa coba?

Ayah juga yang menanamkan nilai-nilai yang mungkin ga kamu dapatkan dari seorang Ibu. Belajar lemah lembut dari ibu, namun belajar ketegasan dari ayah. Belajar sabar dan telaten dari ibu, namun belajar menjadi kuat dari ayah. Belajar teliti dan hemat dari ibu, namun belajar bagaimana bekerja keras dari ayah. Walaupun ga selalu pakemnya kaya gitu sih. Bisa aja sebaliknya.

Saya sendiri masih kecil banget waktu ayah saya ga ada. Ga banyak yang saya inget, selain nyere' nya beliau yang akan mendarat di kaki kalo saya ga solat. Kalo Ibu saya sih ya mana tega nyere' in anaknya. Pada saat itu sih kesel, belum mengerti. Pada akhirnya saya menyadari apa yang beliau ajarkan dulu sedikit banyak mempengaruhi kehidupan saya sekarang.

Jadi bersyukur aja jika sampai detik ini kamu masih bisa menatap mata ayahmu. Mungkin bahasa tubuhnya ga bisa bilang betapa bangganya beliau pada anaknya. Tapi dari kerut-kerut dimatanya kamu bisa tau, ga ada yang bisa menggantikan kebanggaan beliau selain melihat kebahagiaan anak-anaknya.

Monday, November 10, 2014

Waktu Hujan Turun

Sudah dua hari ini hujan turun menghantarkan titik-titiknya untuk jatuh ke bumi. Iya, akhirnya yang dinanti turun juga. Beberapa orang mungkin ga suka hujan turun, seperti tukang es cendol misalnya. Kenapa musti tukang es cendol sih, Chie? Yaaa.. Ga mungkin tukang bajigur dong, malah seneng dese dagangannya laku.

Ini mau ngomongin apa sih sebenernya?

Cuma lagi kangen aja sama hujan. Soalnya belakangan air tanah di rumah kering karena kemarau. Walhasil mandi juga mesti hemat-hemat. Nemu air segayung dua gayung tuh berasa surga. Haha.

Tapi sekarang yang saya kangenin bukan hujan derasnya. Melainkan hujan rintik-rintik kaya malam ini. Kecil tapi banyak. Uap-uap dinginnya mengaburkan pandangan. Yang keliatan cuma pendar lampu jalanan dan lampu merah dipersimpangan jalan.

Saya ngintip kaca depan taksi yang jadi tumpangan saya pulang malam ini. Gelap. Bahkan muka bapak taksi aja ga keliatan. Biasanya bapak taksi bisa jadi teman bicara yang menyenangkan. Namun ga kali ini. Saya dan bapak taksi diam dalam keheningan. Masing-masing sibuk membolak-balik kenangan.

Makin lama hujan di kaca jendela turun semakin deras. Saya kemudian memilih untuk merapatkan jaket dan kembali menghirup udara melalui sela-sela.

Waktu hujan turun, semua terlihat sama.

Wednesday, November 5, 2014

Setiap Orang Punya Mimpi

Ada yang berlari dan mengejarnya.
Ada yang membuang dan melepasnya.
Ada yang diam dan hanya menyimpannya dalam hati sampai dia pergi.

Kamu yang mana?

Sunday, November 2, 2014

Jadi Gini

"Chie, gue tiba-tiba ditelpon orang rumah terus disuruh gini gini gitu gitu, jadi ga jadi ketemuan sore ini, maaf ya."
"Oh, gitu. Oke."
*klik*
Telepon langsung saya tutup begitu dia selesai ngomong. Saya lagi ga pengen banyak tanya. Alih-alih hemat tenaga. Dua mingguan ini kondisi tubuh lagi ga enak. Mungkin efek pms.

Dan biasanya saya bakal baik-baik aja dengan pembatalan sepihak itu. Seperti yang udah-udah. Bedanya kali ini, kok ya rasanya pengen garuk-garuk tanah.

Saya diem. Nginget-nginget apa pernah saya sengeselin itu. Uda janji sama seseorang, saya yang 'maksa' buat ketemu, trus tiba-tiba batalin untuk hal lain yang saya tau saya bisa nolak.

Semoga ga yah.

Karena saya ga pernah tau, dibalik janji yang saya buat, mungkin dia udah mengorbankan sesuatu.

Friday, October 31, 2014

Mario Iroth - The Social Traveler

Mario Iroth - pertanyaan pertama yang pasti terlintas dibenak kamu, "Siapa sih dia? Kece?"
Perjalanan Wheel Story 2 di Baliem Valley - Wamena

Mario menyebut dirinya adventurer. Atau kalau saya menyebutnya social traveler. Asal ih. Biarin ah, biar anti mainstream. Kenapa saya bilang gitu? Karena dalam perjalanannya, dia ga hanya sekedar "jalan-jalan", namun juga punya misi sosial.

Saya kenal Mario, baru sih, sekitar pertengahan 2013 lalu. Awal kenal Mario memang karena pekerjaan. Namanya cukup asing ditelinga. Maklum saya bukan penggemar otomotif ataupun penggemar olahraga pria. *dadah dadah sama Mario*

Jadi, salah satu brand yang saya pegang akun sosial medianya ingin mensupport perjalanan Mario yang berlabel Wheel Story. Mario ini cukup apik, rapih, serta terkonsep dalam merencanakan Wheel Story menurut saya. Dan yang supernya lagi, dia tau bagaimana cara mewujudkan Wheel Story. In every inch of step loh ya. Hal yang patut dicontoh dan masih sulit saya praktekkan. Haha. *curhat colongan*

Mario yang hobi berpetualang dan fotografi ini dahulu bekerja sebagai tour guide di salah satu hotel di Bali. Semusim liburan, dia senang traveling dan menjadi volunteer dibeberapa NGO yang bergerak dibidang pendidikan dan perlindungan anak. Namun menjelang Wheel Story sesi kedua di 2014, dia memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan memanjangkan kaki serta tangannya untuk menggapai mimpi yang lebih besar.

Mewujudkan hobi dan passion sekaligus terdengar sangat menyenangkan ya? Tapi, hey, selalu ada ke(tidak)senangan di tengah kesenangan. Jangan kamu kira semuanya bakal baik-baik aja. Karena belum tentu kamu dan saya bisa sebegitu gigihnya untuk mewujudkan passion seperti Mario. Mengetuk satu persatu pintu rumah orang dan berharap mereka mau membantu merealisasikan angan-angan, kedengerannya aja sulit dilakukan.

Tapi bukti bahwa Dia akan merubah nasib seseorang yang juga berusaha, ya salah satunya Mario ini. Usaha Mario pun berbuah manis dan cantik. Perjalanan Wheel Story sesi pertama, Mario berhasil mengeksplore keindahan dari 7 negara di ASEAN dan melakukan amal di Kamboja. Menempuh jarak 20.000 km selama 105 hari, start dari Kuta-Bali dan finish di Kuta-Bali juga. Menggunakan motor. Sendirian.

Masa iya ada orang jalan-jalan sendirian ke luar negeri naek motor? Iseng bener!

Ya ada, Mario itu orangnya. Saya aja pengen ga percaya, takut musyrik, tapi ya manusianya ada di hadapan saya. Terpampang nyata kalo kata Syahrini mah.

Perjalanan Wheel Story 2, mengusung tema “breathtaking, educational & inspiring” dimulai pada 1 Juli 2014 lalu. Mengambil garis start di kota Makassar, Mario kerap disuguhkan pada pemandangan yang tak pernah dilihat sebelumnya. Kondisi desa yang kekurangan air, anak-anak yang harus menempuh jarak lebih dari 5 km untuk dapat bersekolah, akses pendidikan yang masih sangat minim menjadi cerita yang semakin menguatkan tekadnya untuk terus melakukan aksi sosial sepanjang hidupnya.

Saya ga perlu cerita detail perjalanannya deh ya, panjang. Kamu bisa baca langsung di websitenya www.wheelstory.org atau nyapa langsung via fanpage Wheel Story, twitter @wheel_story, atau instagram @wheel_story.

Ga sampai disitu aja, Mario masih ingin melanjutkan Wheel Story hingga 2020. Dan berada di titik 2020 bukan suatu akhir. Mario masih punya segudang rencana, diantaranya mengikuti international racing dan menulis buku perjalanan Wheel Story.

Jika aja semua anak-anak Indonesia punya kegigihan yang sama dengan Mario untuk mewujudkan mimpi. Bisa bayangkan ga seperti apa jadinya Indonesia dimasa depan?

Monday, October 27, 2014

Sudahkah Kamu Menulis Hari Ini?

Menulis berarti menciptakan duniamu sendiri
~ Stephen King
Suka dengan sebaris kalimat yang saya dapat pagi ini dari provider kesayangan.
Selamat Hari Blogger Nasional, yuk nulis yuk! :D

Sunday, October 12, 2014

Dear No One

Lagi suka dengerin lagunya Dear No One dari Tori Kelly. Ga ada alasan khusus sih, hanya suka gitu aja waktu pertama kali denger Ghaitsa Kenang nyanyiin lagu ini di ajang Raising Star Indonesia.

Ngulik-ngulik liriknya, kok ya pas gitu. Hahaha, pas lagi galau waktu itu ceritanya.

Yah jadi curhat kan! *tepok jidat*

Well, jadi ketika itu saya lagi dalam masa-masa bosen ditanyain "jadi lagi deket sama siapa?", "kapan nikah?", "jangan pilih-pilih", atau yang lebih ekstrim "kok belum lahiran? perut uda buncit gitu!". Pake nada sopran pula. Minta ditimpuk. Timpuk pake kasih sayang aja gimana? Hahaha...

Yaaa.. milih itu perlu sih menurut saya. Ga da yang mau beli kucing dalam karung juga kan. Tinggal kadar milihnya aja yang mudu pas.

Jadi... Jika kamu merasa hidupmu udah sempurna karena uda punya pasangan dan terpenuhi segala keinginanmu, bantu doa aja ya, bantu ngenalin juga boleh deh.

Karena bukan mau saya untuk ga punya pasangan, beneran deh. Deep down inside, saya mau kok punya pasangan. And yes, someone come and go in my life. Hanya memang it doesn't work aja.

Tapi kamu dan saya selalu punya pilihan kan? Entah itu untuk diem aja meratapi nasib atau terus menikmati hidup ke depannya. And i choose the second one.

So, please, stop asking me. Stop asking someone out there the same question like you did to me. Mungkin kamu hanya care, tapi ga tiap ketemu ditanya juga kan. Dan seperti kata Tori Kelly dalam lagunya.

Cause when the time is right he'll be here, but for now, dear no one..

Enjoy this song!


I like being independent
Not so much of an investment
No one to tell me what to do
I like being by myself
Don’t gotta entertain anybody else
No one to answer to

But sometimes, I just want somebody to hold
Someone to give me their jacket when its cold
Got that young love even when we’re old
Yeah sometimes, I want someone to grab my hand
Pick me up, pull me close, be my man
I will love you till the end

So if you’re out there I swear to be good to you
But I’m done lookin’, for my future someone
Cause when the time is right
You’ll be here, but for now
Dear no one, this is your love song

I don’t really like big crowds
I tend to shut people out
I like my space, yeah
But I’d love to have a soul mate
God will give him to me someday
And I know it’ll be worth the wait

So if you’re out there I swear to be good to you
But I’m done lookin’, for my future someone
Cause when the time is right
You’ll be here, but for now
Dear no one, this is your love song

But sometimes, I just want somebody to hold
Someone to give me their jacket when its cold
Got that young love even when we’re old
Yeah sometimes, I want someone to grab my hand
Pick me up, pull me close, be my man
I will love you till the end

So if you’re out there I swear to be good to you
But I’m done lookin’, for my future someone
Cause when the time is right
You’ll be here, but for now
Dear no one, this is your love song

Sunday, October 5, 2014

Sesederhana Itu

Kau membuka pagiku.
Dan juga menutup malamku.
Sesederhana itulah aku menginginkanmu.

Saturday, October 4, 2014

Rekreasi

Sekitar lima atau enam bulan lalu, saya sempat mengisi beberapa rubrik di sebuah majalah anak-anak. Berawal dari kebosanan yang mendera hidup *duileeeh*, saya menawarkan diri untuk menulis pada seseorang. Nulis apa aja saya mau deh *murahan*.

Singkat cerita, saya langsung meng-iya-kan ketika tawaran itu menghampiri. Ga perlu pikir panjang. Pun ga punya ekspektasi macam-macam. Kalaupun karya saya ga diterima at least saya sudah mencoba. Sesuatu di luar kebiasaan.

Alhamdulillahnya beliau bisa menerima bahasa saya yang sulit dicerna anak-anak itu, haha. Karena saya ga ngerti nulis yang baik sesuai EYD itu seperti apa. Berbekal bacaan dari jaman SD dulu, i let my imagine lead the words. Berimaji bahwasanya saya adalah seorang anak kecil yang ingin tahu segalanya. And it was fun!

Kesukaan saya pada anak-anak dan dunianya. Serta keinginan untuk berbagi nilai-nilai yang orang-orang terdekat ajarkan ketika saya kecil dulu, juga menjadi alasan mengapa saya harus menjawab iya tanpa pikir panjang.

And here i am. Kembali menulis untuk rubrik yang berbeda. Setelah beberapa bulan terakhir sempat terhenti karena satu dan lain hal.

Menulis untuk anak-anak itu bagi saya seperti rekreasi. Mengalihkan perhatian sejenak pada apa yang kamu tau bisa membahagiakanmu agar kamu tetap "waras" di tengah kehidupan yang semakin menggila. Sesederhana itu.

Untuk kamu, mungkin ini hal yang biasa. Untuk saya, kebahagiaan tersendiri ketika seseorang bisa menerima dan memberi apresiasi. Seseorang, yang bahkan rupanya pun kamu ga tau. Apalagi bisa menanamkan nilai-nilai positif pada bibit-bibit kecil, yang mungkin saja jadi pemimpin besar di masa depan.

***

Maka berhati-hatilah pada tiap kata yang keluar dari mulutmu. Mungkin saja Dia sedang memperhatikan dan tetiba mengabulkan inginmu.

It's never too late to have a happy childhood - Tom Robbins

Wednesday, October 1, 2014

Tragedi Busway

Saya mulai kisahnya ya...

Alkisah di jaman Siti Nurbaya, Agnes Monicah *suka-suka saya mo jadi siapa* mo jalan-jalan naek busway. Pada sebuah shelter, Agnes masuk ke dalam busway yang penuh sesak. Mata kedip-kedip cari bangku kosong *kedip-kedip ama cacingan beda tipis emang*. Ternyata penuh sodara-sodara. Alhasil Agnes gelantungan sepanjang jalan.

Di depan Agnes, duduk seorang wanita muda berkerudung, yang selanjutnya kita sebut saja wanita itu Mawar. Saking asiknya gelantungan, Agnes ga sadar jikalau sedari tadi Mawar memperhatikan dirinya. Merasa GR, Agnes memberikan senyum terbaiknya pada Mawar.

Prikitiwww... *ini Agnes apa Sule sih* 😒

Detik demi detik berlalu. Ga lama kemudian, tiba-tiba Mawar nyolek Agnes yang lagi gelantungan sambil bengong mikirin nasip.

"Mba, duduk mba"
"Oh iya makasih, War!" *sok ikrib*

Duh, untung aja ada si Mawar mo turun. Agnes jadi ga cape gelantungan deh. Lalu Agnes pun duduk dan nerusin lamunannya yang kepotong tadi.

Kelewat beberapa shelter, kondisi busway agak lowong dikit. Lah kok ndilalahnya si Mawar masih di dalem busway, kenapa dia ga turun ya? Agnes heran! Apakah Mawar tiba-tiba hilang ingatan dia musti turun dimana. Ataukah ini hanya fatamorgana Agnes belaka. Malah Agnes liat Mawar turun di shelter terakhir. Samaan kita!

***

Dikasi duduk di dalam busway sama orang yang ga dikenal itu rasanya... Bingung.. Mudu terharu senang karena ada yang peduli... atau justru senewen karena dikira ibu hamil!

Sakitnya tuh disiniiiiii... *sodorin perut*

Sunday, September 21, 2014

Ketika Saling Membenci

Pernahkan kamu merasa begitu terluka? Ketika dua orang yang kamu sayangi tiba-tiba saling membenci.

Tatapan mata yang dulu berbinar ketika bertemu. Sekarang tajam menghunus seperti pedang. Kata-kata kasar berhamburan. Dari bibir yang dulu pernah saling memuji. Kebencian yang menurut Alena ga seharusnya ada disana.

"Hingga saat ini, aku masih merasa ga da pria yang bisa menjagamu dengan baik selain dia", ucap Alena lirih.

Dia, pria yang katamu ga pernah membelamu di depan ibunya dan memilih membelamu dalam diam demi menjaga hati ibunya. Dia, pria yang katamu selalu memintamu pulang ketika malam tiba dan ga memberimu waktu untuk sekedar menyapa keramaian. Dia, pria yang masih bisa bersabar ditengah naik turunnya emosimu dan tajamnya tatapan mata. Dia, pria yang meskipun pagi ini kamu bentak bahkan sore harinya masih bersedia menyelamatkanmu dari kemacetan ibu kota. Apalagi yang kamu mau, Fey?

"Aku ga pernah meminta dia untuk baik sama aku Al", belamu kala itu.

Pria baik ternyata ga cukup baik untuk membuatmu tetap berada di sampingnya ya? Kamu dengan mudahnya membenci dia. Melupakan semua kebaikan dia. Kamu tau pasti bahwa kamu bukan malaikat kan, Fey? Kamu tidak bisa merekatkan hati yang retak dan patah kembali seperti semula. Kamu tau betul dia terluka.

"Pria yang tulus menyayangimu akan memberi tanpa perlu kamu minta, Fey. Dan itu yang dia lakukan", jelas Alena.
"Kamu ga akan ngerti Al", Fey mulai malas berdebat.
"Fine, buat aku mengerti", putus Alena.

Fey menarik napas yang kini mulai terasa berat. Baginya ini semua sudah berakhir dan tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia merasa lelah. Dengan aturan. Dengan penerimaan keluarganya. Dengan sikapnya yang kekanakan. Dan ini puncaknya.

"Aku menemukan sosok ayah pada pria lain Al, dan itu bukan dia", tegas Fey.
"Ayah sudah lama pergi Fey, seharusnya kamu tau itu", Alena berusaha menghindari tatapan mata Fey.

"Dan satu lagi, kamu ga sepantasnya membenci dia", air mata Alena mulai menggenang di pelupuk mata.

Alena terlalu menyayangi keduanya. Tidak akan ada yang bisa menyamai ayah. Baik dia. Atau siapapun kelak yang jadi pendampingmu. Dan itu bukan pembenaran untuk kamu bisa membenci dia, Fey. Pria yang dulu pernah ada dihidupmu.

"Aku ga ingin memaksamu, apapun yang membuatmu merasa bahagia", Alena menyerah.

Apapun yang Alena katakan, percuma. Ketika waktu menyapa dan kamu tersadar, Fey. Maka berharap semuanya belum terlambat.

Saturday, September 6, 2014

Hic et nunc*

As we grow up, we learn that even the one person that wasn't supposed to ever let us down, probably will. You'll have your heart broken and you'll break others' hearts. You'll fight with your best friends or maybe even fall in love with them, and you'll cry because time is flying by.

So take lots of pictures, laugh a lot, forgive freely, and love like you've never been hurt. Life comes with no guarantees, no time outs, no second chances. You just have to live life to the fullest, tell someone what they mean to you, speak out, dance in the pouring rain, hold someone's hand, comfort a friend in need, fall asleep watching the sun come up, stay up late, and smile until your face hurts.

Don't be afraid to take chances or fall in love and most of all, live in the moment because every second you spend angry or upset is a second of happiness you can never get back.

* Here and now
** Took from Antologi Rasa

Tuesday, August 26, 2014

Yeah, sometimes!

Sometimes in a relationship, you have to stop paying too much attention to details and just rely on the big picture.

And in my case, the big picture is that we love you.

Tuesday, May 27, 2014

Pria Pilihan

"Gimana sama ponakannya Tante Myra?"
"....."
"Dia sudah hubungi kamu?"
"Belum"
"Tadi Tante Myra telepon Ibu, katanya Gilang sudah SMS kamu tapi kamu ga bales"
"Ga ada SMS dari Gilang, Bu"
"Dia itu serius mau nikah tahun ini kalau kamu mau. Tante Myra juga bilang kalau Gilang tertarik sama kamu, kamu suka ga?"
"Ga tau, Bu"
"Kok ga tau, Bee?"
Bintang memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Ibu barusan. Melihat anak sulungnya hanya diam saja, Ibu memilih untuk tidak meneruskan pembicaraan mengenai Gilang dan kembali ke kamar.

***

Bintang Putri Aurora, seorang perempuan berusia seperempat abad, yang tidak takut akan apapun. Kehidupan mengajarkan padanya untuk berani menghadapi semua tantangan yang menghadang. Namun setangguh apapun Bintang, ia tetap perempuan yang punya rasa takut. Pada apa? Hanya Bintang yang tahu.

Satu bulan lalu Tante Myra mengenalkan keponakannya, Gilang, pada Bintang. Setelah beberapa kali berusaha menghindar, akhirnya Bintang memutuskan untuk mau dipertemukan. Sore itu Gilang datang bersama Tante Myra. Mereka tidak banyak berbincang. Gilang hanya menimpali sesekali. Bintang lebih banyak berbincang dengan Tante Myra.

Gilang, pria berusia enam tahun lebih tua darinya itu berperawakan tinggi. Wajahnya tidak tampan, namun cukup berwibawa. Gilang tidak seburuk apa yang kamu pikir, hanya bukan tipe pria yang disukai Bintang.

Sulit menjelaskan pada Ibu mengapa Bintang tidak ingin meneruskan perkenalan ini. Ia memang baru bertemu Gilang satu kali. Dan entah mengapa, Bintang merasa Gilang bukan pria yang ia inginkan untuk bersama.

Bintang ragu, bagaimana mungkin Gilang berani menjalani hidup bersamanya, jika untuk menghadapi perempuan lemah seperti dirinya saja ia takut?
"Mungkin Gilang hanya malu dan ga tau gimana cara memulai, Bee"
"Tapi gue ga suka pria pengecut, Kee"
"Lo terlalu cepet menilai Gilang, Bee"
Percakapan Bintang dengan Kinanti, teman baiknya, siang itu sepertinya tidak akan habis jika Bintang terus menyangkal. Bintang memilih untuk diam dan mengalah.

Berani, menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh pasangan Bintang. Berani memulai. Berani menjalani hari-hari bersamanya. Karena Bintang menyadari, ia tidak seberani itu.

Apa Bintang terlalu pemilih? Tentu saja ia harus memilih. Tapi Bintang cukup tahu diri. Ia tidak sesempurna itu untuk mendapatkan pria sempurna yang ia inginkan.
"Jangan bilang lo masih ngarepin si Rendy, cowok brengsek itu!"
"Gue memang masih penasaran sama Rendy, tapi gue ga tau apa gue mau menghabiskan seluruh hidup gue sama dia atau ga. Jadi lo ga usah nuduh sembarangan!"
"Sorry, Bee. Gue cuma mau jagain lo. Gue ga mau si Rendy brengsek itu nyakitin lo lagi!"
"Thanks Kee, tapi gue tau apa yang gue lakuin"
***

To be continue...
Menemukan kisah ini berdebu, dipojokan draft.
Akhirnya dipublish jugak! 

Percaya

Teringat impian dahulu kala.
Yang mungkin ga akan terlaksana.
Hingga akhir masa.
Karena menjadi seseorang yang dewasa.
Ga semudah apa yang ia sangka.
Bertemu dengan realita.
Terhadang bongkahan petaka.

Tapi apa Tuhan pernah berkata "ga bisa"?

Jika kamu terus meletakkan asa.
Tepat berada di depan mata.
Tanpa sadar,
Kamu akan terus berusaha mencapainya.

Percaya?

Friday, May 23, 2014

Apa Yang Membuat Kamu Bertahan?

"Apa yang membuat kamu bertahan sejauh ini?"
"Entah"
"Kamu seperti berjuang sendirian untuk meyakinkan mereka"
"....."
"Karena uang mungkin?"
"Jika karena itu, aku mungkin sudah lama pergi"
"Lalu karena apa?"
Perempuan itu hanya terdiam dan berusaha mengingat. Bola matanya mencoba menghindar dari tatapan teduh di depannya. Takut ia dapat membaca apa yang menjadi alasan. Dan mungkin tidak cukup masuk akal untuk sebagian orang.

Otaknya berpikir keras. Mencari padanan kata yang bisa diterima oleh akal sehat.
"Karena aku... mungkin"
Shit! Perempuan itu mengutuk jawaban yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Maksudnya?"
Damn! Harusnya perempuan itu tahu bahwa apapun yang keluar dari bibir mungilnya akan ditanyakan. Sekejap tadi benaknya berlarian tak tentu arah. Ini pasti gara-gara soal matematika yang pagi tadi ia kerjakan.

Monday, April 14, 2014

Mau Kamu Apa?

"Kamu mau apa sih?"
"Ga mau apa-apa"
"Yaaa teruuusss?"
"Ya ga terus-terus ntar nabrak"
"Terus kenapa kamu kaya gini?"
"Gini gimana?"
"Ya nyebelin!"
"Masa sih? Biasa aja kali"
"Ya buat kamu biasa, buat aku ga biasa"
"Yaudah dibuat jadi biasa aja"
"AAAARRGGHHH!"
"Ga usah emosi, ntar cepet keriput"
"Kamu berubah"
"Setiap orang berubah kan"
"Kamu uda ga sayang lagi sama aku"
"Sayang"
"Kenapa cuek?"
"Ya emang aku gini. Ko baru sadar?"

#KibarinBenderaPutih

Wednesday, April 2, 2014

Sudah Sesuai Keinginan?


Tetiba dapat sebuah link entah darimana.
Saya aja heran, apalagi kamu.
Apa?
Jadi kamu ga heran?

Oke! Fine! Ini juga saya mau mulai postingannya!
Sabar dong!
*berasa ada yang baca*

Ketika malam tiba.
Di tengah hitamnya langit & berisiknya derik jangkrik.
Lalu tanpa sadar ngetik nama sendiri.

Ngeliat hasil ramalan masa depan itu.
Saya seperti dipeluk Rio Dewanto bolak balik.
*nyengir manja*

Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?

Tuesday, February 25, 2014

Jalan-Jalan Surabaya

Perjalanan singkat keluar kota dua hari lalu tertuju pada kota Surabaya. Sengaja saya ngambil flight malam keesokan harinya dengan rencana ingin jalan-jalan seputar Surabaya dulu di siang harinya.

Sampai di Bandar Udara Internasional Juanda minggu pagi, saya dijemput rekan kerja di Surabaya dan langsung muter-muter ke kantor cabang. Kemudian siangnya, lanjut menyiapkan keperluan event. Dan stand by di Gelora Bung Tomo untuk event sore dan malam harinya.

Selesai event jam 11 malam, saya dan rekan masih harus mengantar sales promotion girl sampai rumah. Sekembalinya mengantar, kami mampir dulu di Grand Darmo Suite Hotel menunggu salah satu rekan check in kamar hotel.

Habis itu, kami nyebrang ke Taman Bungkul untuk makan malam di Rawon Kalkulator. Saya sendiri baru check in hotel jam dua pagi. Sungguh hari yang menyenangkan, kalo ga bisa dibilang melelahkan.

Ga disangka-sangka, emang saya cuma bisa berencana. Taunya rekan saya yang tadinya mau nemenin selama di Surabaya justru harus ke Jakarta untuk meeting di head office. Omaygat.

Sebel? Ga sama sekali. Cuma bingung mau kemana. Secara flight saya masih lama. Dan saya bukan temennya Dora. Ga bisa baca peta. Udah gitu Halogen, hotel tempat saya menginap jauh dari keramaian kota. Jadi kalo mau ke tengah kota, agak lumayan jauh ya.

Jadilah saya nekat. Agak siang saya keluar dari hotel, mengingat saya baru bisa tidur jam empat pagi. Berbekal smartphone yang ga smart, saya berniat keliling Surabaya.

Tujuan pertama: House of Sampoerna

Jam 12.15 saya tiba di Museum House of Sampoerna (HoS) yang berada di Taman Sampoerna No. 6. Bayangan saya bakal seru, karena ini pertama kali saya ngebolang sendirian di kota orang.



HoS ini memiliki fasilitas Surabaya Heritage Track dimana kamu akan diajak keliling kota menggunakan bus ke beberapa tempat yang menjadi kebanggaan masyarakat Surabaya, seperti Tugu Pahlawan, Kuil Hong Ak Kiong, Kantor Pos Kebonrojo, Gereja Kepanjen, dan bank peninggalan Belanda: De Javasche Bank.

Saya sih ga naik bus ini. Kenapa? Kesiangan. Semua bus sudah penuh hingga jam terakhir. Huhu. Jadi saya hanya masuk ke museum dan jalan-jalan sekeliling museum.

HoS merupakan saksi hidup sejarah keluarga Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjiang Nio. Keluarga Liem memiliki 5 anak dan mereka semua tinggal di bangunan yang lebih kecil di sebelah kanan dan kiri bangunan utama. Hal tersebut dilakukan keluarga Sampoerna agar lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan usaha mereka. Sampai sekarang, menjadi tradisi bagi keluarga Sampoerna untuk memiliki rumah tinggal di dalam komplek pabrik.

Bangunan tua buatan tahun 1864 ini memiliki dua lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai ruang pamer dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat penjualan souvenirBangunan di lantai pertama terdiri dari tiga ruangan.

Ruangan pertama, berisi replika sebuah warung sederhana bernuansa desa milik pendiri PT Sampoerna. Di depan replika warung juga terdapat tembakau dari berbagai daerah.



Ruangan kedua berisi koleksi foto-foto keluarga serta direksi PT HM Sampoerna dari masa ke masa. Di ruangan ini juga dipamerkan sebuah buku mengenai tembakau. Ada pula barang-barang seperti koleksi alat pemantik rokok dengan berbagai macam bentuk.


Ruangan ketiga, terdapat alat dan bahan untuk meracik rokok serta replika warung rokok yang sering ditemui di pinggir-pinggir jalan tahun 90-an sampai awal tahun 2.000-an. Di ruangan ini, juga diperkenalkan produk rokok produksi Sampoerna, baik yang dipasarkan di Indonesia maupun yang sudah mendapatkan lisensi di beberapa negara.




Lantai kedua Museum HoS merupakan tempat penjualan souvenir. Dari ruangan ini, kamu dapat melihat kegiatan para pekerja pabrik yang sedang melinting rokok, dimana rata-rata pekerjanya adalah perempuan. Kecepatan mereka dalam melinting rokok sangat luar biasa. Dalam waktu satu jam mereka dapat melinting sekitar 325 buah batang rokok. Di lantai dua ini tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar.

Mendengar testimoni salah satu karyawannya juga membuat saya takjub.



Tujuan kedua: Lontong Balap Garuda Pak Gendut

Waktunya makan siang! Makan siang yang udah kesorean, lebih tepatnya.

Puas keliling Museum HoS. Cacing diperut udah jumpalitan minta dijajanin. Tadinya saya mau coba makan di cafe Museum HoS. Hasil googling, rekomendasi rasa katanya biasa aja. Jadi saya berangkat menuju Lontong Balap Garuda Pak Gendut, yang ada di Jalan Kranggan samping BG Junction. Saya juga nyobain sate kerangnya.

Enak sih, tapi bukan tipe makanan yang bikin saya pengen nambah. Haha. Saking lapernya sampai ga inget mau motret makanan. Begitu inget piring uda kosong.

Tujuan ketiga: Sambal Bu Rudy

Perut kenyang. Waktunya nyari oleh-oleh. Saya sempat mampir ke Sambal Bu Rudy untuk membeli oleh-oleh dan titipan teman. Serta mampir ke beberapa tempat yang menjual oleh-oleh kaos dengan tulisan khas Surabaya.

Tujuan keempat: Bandara Internasional Juanda

Yak, petualangan saya di Surabaya berakhir sudah. Jam 4 sore saya sudah menuju bandara. Penerbangan malam yang kemudian delay cukup lama, memberikan saya jeda untuk bernafas agar dapat kembali beraktifitas esok hari.

See you, Surabaya!

Kamu punya rekomendasi tempat seru lainnya di Surabaya?

Saturday, February 22, 2014

Hujan


Jika hujan serupa pelukmu.
Aku rela rintiknya jatuh membasahi ubun-ubun.
Hingga berputar duniaku.

Setengah Dua Dini Hari

Kamu tahu pukul berapa ini?
Setengah dua dini hari.
Tangan ini masih sanggup mengetik hingga malam menjelang lagi.
Namun hati?
Teriak ingin berhenti.
"Sudahi!"
Tangan kanan berhenti.
Tangan kiri menikam nadi.
Mati!

Friday, February 21, 2014

Untuk Kamu

Untuk kamu yang (mungkin) hari ini (sangat) membutuhkan dia. Dia telah meresapi rangkaian cerita. Kata yang (mungkin) bukan ditujukan untuk dia.

Perlu kamu berikan tanda. Bahwa dia merasa yang sama. Mendamba bercerita di tepi Gangga. Tak ada kata. Pun juga sapa. Hanya Kamu dan dia. Berdua.

Waktu pernah menjadi sangat mahal untuk di sua. Dan ketika kamu bertemu realita. Semua tak lagi sama.

Wednesday, January 1, 2014

Kotak Cokelat Empat Susun

Perlu waktu agak lama untuk saya memutuskan membongkar kotak cokelat dengan rak empat susun di dalamnya.

Banyak memorabilia yang sengaja saya simpan disana. Dan hari ini saya memutuskan untuk membuka lagi satu persatu.

Di rak teratas, saya menemukan baju-baju yang mulai mengecil. Ga hanya mengecil tapi juga menguning. Ga cuma satu tapi banyaaakkk. Sedih rasanya melihat baju kesayangan saya dulu, sudah ga muat dijejali perut saya yang buncit ini. Hiks! *unyelunyelpeyut

Di rak kedua, saya menemukan tas-tas betebaran. Ada juga celana-celana yang ga pernah saya pakai sejak pertama mamah saya beliin. Maaf mah, that kind of trouser is not my type. Saya melipat celana-celana tersebut dengan manis dan menyimpannya untuk seseorang.

Di rak ketiga, saya menemukan lima SIM Card yang saya pakai sepuluh tahun lalu untuk merenda cerita. Iya ada lima, kamu ga salah baca. Saya coba memasukkan satu persatu kartunya. Rasa yang hinggap saat saya membaca pesan masuk itu persis seperti yang pernah dikatakan teman saya kemarin lalu, bahwa bukan makhluknya yang dirindukan, melainkan rasa-nya yang dirindukan.

Sambil menunggu layar ponsel menyala, saya mulai menggunting satu persatu kartu yang sudah saya baca ulang. Bersamaan dengan itu, potongan-potongan momentum saya bersama masa lalu turut menguap.

Di rak terbawah, saya menemukan tulisan tangan beberapa teman baik saat SMP hingga kuliah pada sebuah kartu ucapan ulang tahun. Beberapa bahkan lengkap beserta kardus dan hadiahnya. Dan pemberian mereka kini terpampang nyata di kamar saya. :p

Yang membuat saya senyum sendiri, saya menemukan hobi saya waktu kecil di dalam rak terakhir. Apa itu? Mengumpulkan kertas file bergambar, stiker dan kartu Sailormoon. Oemji itu surga banget! Hahaha. Dahulu, bahagia terasa sederhana, isn't it?

Hmm.. Masih banyak lagi yang saya temukan di dalam kotak cokelat dengan rak empat susun. Potongan foto lama. Serpihan puisi yang pernah saya tata. Boneka-boneka yang ga pernah saya keluarin dari kotak cokelat karena memang saya ga suka main boneka. Sepatu dalam kotak yang entah punya siapa karena saya ga pernah ngerasa punya. Bintang-bintang yang ga pernah saya pasang di dinding kamar.

Dibalik tiap kotak yang saya buka hari ini, saya belajar lagi untuk merelakan. Ga hanya merelakan kepunyaan saya menjadi milik orang lain. Ga hanya merelakan kesukaan saya untuk dipisahkan. 

Terlebih, merelakan semua rasa yang pernah saya punya, menghilang bersama dengan potongan memorabilia yang sengaja saya singkirkan.

Selamat datang, Penghuni Baru! :)