Tuesday, February 25, 2014

Jalan-Jalan Surabaya

Perjalanan singkat keluar kota dua hari lalu tertuju pada kota Surabaya. Sengaja saya ngambil flight malam keesokan harinya dengan rencana ingin jalan-jalan seputar Surabaya dulu di siang harinya.

Sampai di Bandar Udara Internasional Juanda minggu pagi, saya dijemput rekan kerja di Surabaya dan langsung muter-muter ke kantor cabang. Kemudian siangnya, lanjut menyiapkan keperluan event. Dan stand by di Gelora Bung Tomo untuk event sore dan malam harinya.

Selesai event jam 11 malam, saya dan rekan masih harus mengantar sales promotion girl sampai rumah. Sekembalinya mengantar, kami mampir dulu di Grand Darmo Suite Hotel menunggu salah satu rekan check in kamar hotel.

Habis itu, kami nyebrang ke Taman Bungkul untuk makan malam di Rawon Kalkulator. Saya sendiri baru check in hotel jam dua pagi. Sungguh hari yang menyenangkan, kalo ga bisa dibilang melelahkan.

Ga disangka-sangka, emang saya cuma bisa berencana. Taunya rekan saya yang tadinya mau nemenin selama di Surabaya justru harus ke Jakarta untuk meeting di head office. Omaygat.

Sebel? Ga sama sekali. Cuma bingung mau kemana. Secara flight saya masih lama. Dan saya bukan temennya Dora. Ga bisa baca peta. Udah gitu Halogen, hotel tempat saya menginap jauh dari keramaian kota. Jadi kalo mau ke tengah kota, agak lumayan jauh ya.

Jadilah saya nekat. Agak siang saya keluar dari hotel, mengingat saya baru bisa tidur jam empat pagi. Berbekal smartphone yang ga smart, saya berniat keliling Surabaya.

Tujuan pertama: House of Sampoerna

Jam 12.15 saya tiba di Museum House of Sampoerna (HoS) yang berada di Taman Sampoerna No. 6. Bayangan saya bakal seru, karena ini pertama kali saya ngebolang sendirian di kota orang.



HoS ini memiliki fasilitas Surabaya Heritage Track dimana kamu akan diajak keliling kota menggunakan bus ke beberapa tempat yang menjadi kebanggaan masyarakat Surabaya, seperti Tugu Pahlawan, Kuil Hong Ak Kiong, Kantor Pos Kebonrojo, Gereja Kepanjen, dan bank peninggalan Belanda: De Javasche Bank.

Saya sih ga naik bus ini. Kenapa? Kesiangan. Semua bus sudah penuh hingga jam terakhir. Huhu. Jadi saya hanya masuk ke museum dan jalan-jalan sekeliling museum.

HoS merupakan saksi hidup sejarah keluarga Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjiang Nio. Keluarga Liem memiliki 5 anak dan mereka semua tinggal di bangunan yang lebih kecil di sebelah kanan dan kiri bangunan utama. Hal tersebut dilakukan keluarga Sampoerna agar lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan usaha mereka. Sampai sekarang, menjadi tradisi bagi keluarga Sampoerna untuk memiliki rumah tinggal di dalam komplek pabrik.

Bangunan tua buatan tahun 1864 ini memiliki dua lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai ruang pamer dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat penjualan souvenirBangunan di lantai pertama terdiri dari tiga ruangan.

Ruangan pertama, berisi replika sebuah warung sederhana bernuansa desa milik pendiri PT Sampoerna. Di depan replika warung juga terdapat tembakau dari berbagai daerah.



Ruangan kedua berisi koleksi foto-foto keluarga serta direksi PT HM Sampoerna dari masa ke masa. Di ruangan ini juga dipamerkan sebuah buku mengenai tembakau. Ada pula barang-barang seperti koleksi alat pemantik rokok dengan berbagai macam bentuk.


Ruangan ketiga, terdapat alat dan bahan untuk meracik rokok serta replika warung rokok yang sering ditemui di pinggir-pinggir jalan tahun 90-an sampai awal tahun 2.000-an. Di ruangan ini, juga diperkenalkan produk rokok produksi Sampoerna, baik yang dipasarkan di Indonesia maupun yang sudah mendapatkan lisensi di beberapa negara.




Lantai kedua Museum HoS merupakan tempat penjualan souvenir. Dari ruangan ini, kamu dapat melihat kegiatan para pekerja pabrik yang sedang melinting rokok, dimana rata-rata pekerjanya adalah perempuan. Kecepatan mereka dalam melinting rokok sangat luar biasa. Dalam waktu satu jam mereka dapat melinting sekitar 325 buah batang rokok. Di lantai dua ini tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar.

Mendengar testimoni salah satu karyawannya juga membuat saya takjub.



Tujuan kedua: Lontong Balap Garuda Pak Gendut

Waktunya makan siang! Makan siang yang udah kesorean, lebih tepatnya.

Puas keliling Museum HoS. Cacing diperut udah jumpalitan minta dijajanin. Tadinya saya mau coba makan di cafe Museum HoS. Hasil googling, rekomendasi rasa katanya biasa aja. Jadi saya berangkat menuju Lontong Balap Garuda Pak Gendut, yang ada di Jalan Kranggan samping BG Junction. Saya juga nyobain sate kerangnya.

Enak sih, tapi bukan tipe makanan yang bikin saya pengen nambah. Haha. Saking lapernya sampai ga inget mau motret makanan. Begitu inget piring uda kosong.

Tujuan ketiga: Sambal Bu Rudy

Perut kenyang. Waktunya nyari oleh-oleh. Saya sempat mampir ke Sambal Bu Rudy untuk membeli oleh-oleh dan titipan teman. Serta mampir ke beberapa tempat yang menjual oleh-oleh kaos dengan tulisan khas Surabaya.

Tujuan keempat: Bandara Internasional Juanda

Yak, petualangan saya di Surabaya berakhir sudah. Jam 4 sore saya sudah menuju bandara. Penerbangan malam yang kemudian delay cukup lama, memberikan saya jeda untuk bernafas agar dapat kembali beraktifitas esok hari.

See you, Surabaya!

Kamu punya rekomendasi tempat seru lainnya di Surabaya?

Saturday, February 22, 2014

Hujan


Jika hujan serupa pelukmu.
Aku rela rintiknya jatuh membasahi ubun-ubun.
Hingga berputar duniaku.

Setengah Dua Dini Hari

Kamu tahu pukul berapa ini?
Setengah dua dini hari.
Tangan ini masih sanggup mengetik hingga malam menjelang lagi.
Namun hati?
Teriak ingin berhenti.
"Sudahi!"
Tangan kanan berhenti.
Tangan kiri menikam nadi.
Mati!

Friday, February 21, 2014

Untuk Kamu

Untuk kamu yang (mungkin) hari ini (sangat) membutuhkan dia. Dia telah meresapi rangkaian cerita. Kata yang (mungkin) bukan ditujukan untuk dia.

Perlu kamu berikan tanda. Bahwa dia merasa yang sama. Mendamba bercerita di tepi Gangga. Tak ada kata. Pun juga sapa. Hanya Kamu dan dia. Berdua.

Waktu pernah menjadi sangat mahal untuk di sua. Dan ketika kamu bertemu realita. Semua tak lagi sama.