"Aku ga tau gimana caranya bikin kamu happy"***
"Kamu kenal aku lama dan masih ga tau gimana caranya menghiburku?"
"Hmm... Banyak hal yang kamu suka dan menurutku bisa membuatmu senang"
"Seperti?"
"Menghirup wangi tanah basah ketika hujan"
"Kamu tau itu"
"Tapi aku ga tau apa saat ini dengan begitu kamu akan merasa happy"
Sore itu hujan turun dengan deras. Senja duduk pada sofa bulat berwarna jingga yang sengaja ia letakkan di teras lantai dua dekat kamarnya, jika sewaktu-waktu langit datang membawa hujan. Senja tak membiarkan sesungging senyum menghiasi sudut bibirnya. Hanya ada tatapan kosong dan puluhan tanya yang menghiasi kepalanya.
"Aku hanya ingin berpijak pada bumi"Senja sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Kamu sudah mendapatkannya"
"Bukan bumi yang ini"
"Bumi yang mana?"
"Kamu tau kenapa orang tuaku memberi nama Senja?"
"Mungkin karena mereka suka melihat senja"
"Mungkin, tapi bukan itu"Dahulu bumi sering merasa cemburu pada langit. Langit memiliki awan, matahari dan hujan yang menemani. Setelah hujan, bahkan masih ada pelangi yang mengiringi hingga membuat langit tersenyum simpul. Kala itu, bumi yang sedang bersedih meminta pada Tuhan untuk mengirimkan fajar dan senja agar bumi tak lagi merasa sendiri.
"Terus apa?"
"Ibu sering menceritakan sebuah dongeng perihal namaku"
"Lalu kaitannya dengan namamu?"Senja hanya diam sambil mengawasi titik-titik hujan yang mulai berani menyentuh keningnya.
"Ayah dan ibu adalah bumiku"
"Dan kamu senja yang mereka minta?"
"Mereka berharap aku bisa menemani hingga mereka menutup hari"Langit mengambil secarik kertas yang sudah ia siapkan dan memberikan pada Senja sebelum ia beranjak pergi.
"Dan kamu sudah memenuhi janji"
"Iya, aku sudah memenuhi janji"
Dear Senja,Jika kamu merasa bumi ini seperti ingin runtuh dan bukan lagi tempat yang nyaman untukmu berpijak, then look at the sky. Bahkan langit masih punya pelangi setelah hujan.