Sunday, September 11, 2016

Perlombaan

Kemarin seharian saya menyebarkan undangan. Bukan saya yang menikah, melainkan adik saya. Beberapa teman dekat pun saya undang. Dengan harapan mereka bisa datang dan ikut berbahagia.

Berbagai macam reaksi saya dapatkan. Mulai dari mendoakan agar acara berjalan lancar. Sampai dengan mendoakan agar saya ikhlas disalip dan dilancarkan jodohnya.

Doa yang baik pasti saya amini.

Tapi pernikahan bukan ajang perlombaan. Berhentilah kamu merasa tau apa yang saya rasa. Mungkin kamu hanya peduli, tapi saya akan lebih senang jika kamu mau bertanya. Apa saya merasa sedih? Apa saya merasa disalip? Apa saya merasa ikhlas? Apa saya merasa baik-baik saja?

Saya berbahagia. Saya pasti orang pertama yang bahagia terhadap apapun yang terjadi di hidup orang-orang terdekat saya.

Saya pun ga merasa disalip atau di dahului. Ini bukan perlombaan yang harus saya menangkan. Setiap orang memiliki fase tersendiri yang harus dilewati.

Ikhlas adalah proses paling rumit untuk dijelaskan. Ketika pertama kali calon adik ipar meminta ijin menikah, ga pernah terpikir hal lain kecuali meng-iya-kan. Saya ga punya alasan apapun untuk menghalangi niat baik seseorang.

Saya percaya bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ada yang mengatur. Kamu ga perlu khawatir. Cukup ada disini dan mendoakan yang terbaik.