Saturday, November 22, 2014

Azab Blogger Kafir

Hari rabu lalu, secara ga sengaja saya ketemu temen blogger jaman dahulu kala di kantor Google Indonesia. Kebetulan saya datang sebagai undangan dan beliau ini salah satu pembicaranya. Saat ini beliau merupakan seseorang yang cukup terkenal di ranah digital. Ga usah disebut siapanya lah ya. Pokoknya sampai detik ini beliau masih rajin ngeblog, bahkan makin aktif di social media channel lainnya.

Dari raut mukanya keliatan banget kalo beliau kebingungan waktu saya SKSD *istilah ini masih lazim digunain ga sih?*. Mungkin beliau lagi berusaha nginget-nginget siapa saya. Mungkin juga beliau masih ga inget siapa saya hingga saat ini. HAHA.

Well, percakapan seadanya sambil tukeran nomor (dengan managernya) pun dimulai.

"Lo masih ngeblog?", tanya beliau.
"Masih siiihhh.." *blogger kafir*
"Kalo si anu masih suka ngeblog?"
"Masih tapi jarang banget"
"Iya nih, yang lain uda pada nikah trus sibuk"

Emang sih, temen sepermainan ngeblog dulu beberapa sudah menikah dan ga aktif ngeblog. Atau mungkin masih ngeblog tapi saya yang ga ngikutin. Entahlah.

Saya dan beliau ini memang ga pernah berkomunikasi secara intens dari dulu. Hanya pernah kopdaran sekali, berada dalam suatu event beberapa kali dan saling meninggalkan jejak di blog masing-masing dulu. Namun karena saya subscribe blognya beliau, jadi masih update dikit lah dengan kehidupan sehari-harinya. Melihat track record nya, harusnya saya ga heran yah kalo dia ga inget siapa saya.

Atuh da saya mah siapa?

***

Dih, sebenernya yang mau saya bahas bukan itunya lagiii.

Terus ngapain nulis panjang-panjang, Chie? *yang baca mulai kesel*

Masalahnya saya lupa awalnya mau cerita apa. :))

Sunday, November 16, 2014

Kamu & Media Sosial

Berada dalam suatu forum, kamu pasti pernah memperhatikan tingkah laku gerak gerik orang lain kan? Terutama ketika mereka sedang bertanya atau mengutarakan pendapat. Lalu berdasarkan itu dengan mudahnya kamu akan menilai kepribadian mereka, "Ih pertanyaan si anu ga penting banget deh, cari muka!" atau "Yaelah ni orang ga update amat, seantero negeri uda tau kali isu yang itu". Padahal mungkin aja apa yang mereka kemukakan murni karena ketidaktahuan atau justru ingin menggali informasi secara lebih mendalam.

Yes, semudah itu. Eh kayanya saya pernah bahas ini juga deh, seberapa mudah kamu menilai seseorang hanya dari rekam jejaknya di media sosial. Gapapalah ya saya bahas lagi. Kali ini mau ngomongin tipe-tipe orang diliat dari aktivitas akun media sosialnya. Jieeee. Berasa kaya orang bener nulis ginian. Haha.

Setiap pemilik akun media sosial pasti punya ciri tertentu. Ada yang hobi update status. Ada juga yang punya kecenderungan oversharing padahal hari-harinya pendiam. Disisi lain ada juga yang akunnya kurang aktif atau malah ga punya akun sama sekali atau punya akun cuma buat stalkingin orang lain. Haha. *kabur diem-diem*

Mungkin ga sih usia menentukan seseorang tertarik atau ga nya pada media sosial?

Info dari majalah yang saya pernah baca, menurut salah seorang psikologi, usia turut menentukan. Saat remaja biasanya seseorang cenderung mencari teman dan komunitas sebanyak-banyaknya. Tapi semakin dewasa seseorang, jaringan pertemanannya menjadi sempit karena keterbatasan waktu. Ujung-ujungnya ya kalaupun mereka punya media sosial, udah pasti ga keurus, jadi pasif gitu.

Bagi mereka yang pasif di media sosial, kadang ga masalah cuma punya sedikit teman yang penting berkualitas. Dan biasanya mereka juga lebih memilih untuk bicara langsung ketimbang bicara melalui media sosial jika ada yang ingin disampaikan. Basicnya sih mereka ga doyan sharing, jadi walaupun punya media sosial timelinenya pasti miskin postingan. *ngaca*

Lain lagi sama mereka yang rajin posting. Dikit-dikit check in lokasi, posting foto, atau sekedar menyampaikan ide. Kesannya haus perhatian. Iishh, tapi mereka ga salah juga kali. Sah-sah aja kalo mereka hobi curhat atau pajang foto selfie. Udah jadi kebutuhan dasar manusia kan kalo selalu ingin diperhatikan. Lagipula bikin media sosial buat apa coba? Ya buat diliat dan dihargai orang lain dong. Justru interaksi ini yang buat media sosial jadi keliatan menarik. Kalo mau diem-dieman ajamah masuk kamar tutup pintu, ga usah bikin media sosial *merenung dipojokan*.

Saya ga boleh mencap mereka yang aktif bermedia sosial haus akan perhatian juga kan. Beberapa orang mungkin memang harus aktif di media sosial untuk mendukung karir mereka. Kalo kamu ga suka ya tinggal di unlike, unfollow atau unshare aja.

Selain yang saya ceritain di atas, ada beberapa karakter pengguna media sosial lainnya. Seperti yang saya baca dari sebuah majalah dan disadur dari Telegraph, University of Winchester Inggris. Nih saya tulisin buat kamu dengan bahasa saya yang ala kadarnya. Abis dibaca, tulis dikomen kamu masuk tipe yang mana yah. *berasa ada yang baca*

The Ultras
Mereka ini biasanya bisa ngecek timeline puluhan kali dalam sehari. Bukan cuma ngecek, tapi juga puluhan kali curhat atau posting foto. Buat mereka media sosial itu tempat untuk menunjukkan eksistensi. Tapi bisa jadi seseorang yang cerewet di media sosial padahal pendiam di dunia nyata, menunjukkan dirinya merasa terkekang dengan kondisi saat ini. *puk-puk*

The Dippers
Mereka ini punya akun media sosial tapi jaraaang banget ngakses. Ngakses itu apa ya? Hmm jarang buka gitu. Bahkan update postingan aja bisa sebulan sekali. Buat mereka, sharing sebaiknya dilakukan pada orang terdekat.

The Lurkers
Mereka ini ga pernah mengutarakan pendapatnya sendiri di media sosial. Jadi cuma nyimak kicauan orang lain. Kekecewaan atau kesenangannya terhadap sesuatu biasanya disampein lewat tanda like, favorit, atau love-love dipostingan orang lain. Mereka cenderung cari aman karena ga mau pendapatnya nyinggung banyak orang.

The Informers
Mereka ini sebisa mungkin jadi orang yang pertama yang nyebarin suatu informasi. Tujuannya ya nambahin followers, fans, atau friends. Ini menunjukkan kalo mereka ingin dianggap sebagai seseorang yang peduli terhadap lingkungan sekitar.

The Peacocks
Mereka ini haus perhatian dan popularitas. Mereka menganggap fans, followers, dan friends adalah se-ga-la-nya. Catet. Meski bukan artis ternama atau orang penting di jagad raya ini mereka selalu minta folback dari orang lain yang jadi temennya. "Minta folbeknya eaaa kakak!'", mungkin gitu cara mereka mendekati targetnya.

The Ranters
Mereka ini selalu sharing opini yang relevan dengan kasus tertentu. Mereka biasanya udah malang melintang guling-guling di media sosial sehingga bisa bedain mana yang sebaiknya di sharing atau ga.

The Ghosts
Mereka ini anonim. Iya, ga menggunakan identitas asli sebagai nama akunnya sehingga bebas-bebas aja mau ngasih pendapat, terutama opini negatif ya. Kok kaya pengecut ya. Hmm. *kan ngejudge lagi*

Eniwei, mau gunain media sosial ataupun ga sah-sah aja. Ga da yang bener atau salah. Ga perlu dijadikan suatu keharusan juga sementara kamu ga butuh-butuh amat. Yang harus di garis bawahi untuk pengguna aktif bahwa sepribadi apapun media sosial yang kamu punya tetep aja namanya media SOSIAL, which is media untuk bersosialisasi which is akan ada orang lain yang baca which is anything can be happen, termasuk masuk penjara gara-gara media sosial. Karena ya viral effect dari sosialisasi itu tadi.

Jadi gunakan media sosial sebijak mungkin dan tahan emosi. Kalo mo lebih private lagi ngadu ke Sang Pencipta aja kali yee. *postingan anak solehah* *pencitraan* :D :D :D

Friday, November 14, 2014

Jangan Menjelaskan Tentang Dirimu Pada Siapapun

Karena yang menyukaimu ga butuh itu.
Dan yang membencimu ga percaya itu.
(Ali bin Ali Thalib)

Kadang kamu ga perlu menjelaskan apapun tentang dirimu. Pada siapapun. Manusia diberi akal salah satu fungsinya ya untuk menilai seseorang. Jadi biarkan akal mereka bekerja sesuai fungsinya dan akalmu juga bekerja sesuai fungsi untuk tujuan yang baik.

Wednesday, November 12, 2014

Hari Ayah

Ooo.. Hari ini tuh Hari Ayah yah :o

Baiklah.. Saya jadi tau kenapa orang-orang rame di timeline. Ish beraninya maen di timeline, coba peluk itu ayahnya terus bilang sayang, berani ga?

Saya? Ga berani saya mah, horor pisan. :p

Saya baru tau ada Hari Ayah, beneran. Biasanya kan Hari Ibu, Hari Kartini, dan hari lain yang hubungannya sama perempuan.

Jadi apa spesialnya Hari Ayah?

Hari dimana nginget-nginget kebaikan ayah. *cetek banget* -_-"

***

Pada dasarnya semua anak, terutama anak perempuan, mengakui bahwa satu-satunya pria paling 'sempurna' dalam hidupnya pasti ayahnya. Ngaku! *maksa*

Meskipun sosok ayah keliatannya galak kaya anjing herder. Diam-diam anak perempuannya mengagumi dari jauh. Pada akhirnya ia akan tahu alasannya.

Ayah mungkin ga sesuper ibu, yang bisa mengeluarkan sesosok makhluk dari rahimnya. Kamu mungkin hanya ga tau, dibalik diamnya ayah justru beliau banyak menyimpan kekuatan. Bisa bayangkan ga, disaat Ibu bisa mengeluarkan air mata untuk sekedar melepas lelah, eh para ayah cuma bisa atur napas demi stigma "cowok itu harus kuat dan ga boleh nangis". Kurang super apa coba?

Ayah juga yang menanamkan nilai-nilai yang mungkin ga kamu dapatkan dari seorang Ibu. Belajar lemah lembut dari ibu, namun belajar ketegasan dari ayah. Belajar sabar dan telaten dari ibu, namun belajar menjadi kuat dari ayah. Belajar teliti dan hemat dari ibu, namun belajar bagaimana bekerja keras dari ayah. Walaupun ga selalu pakemnya kaya gitu sih. Bisa aja sebaliknya.

Saya sendiri masih kecil banget waktu ayah saya ga ada. Ga banyak yang saya inget, selain nyere' nya beliau yang akan mendarat di kaki kalo saya ga solat. Kalo Ibu saya sih ya mana tega nyere' in anaknya. Pada saat itu sih kesel, belum mengerti. Pada akhirnya saya menyadari apa yang beliau ajarkan dulu sedikit banyak mempengaruhi kehidupan saya sekarang.

Jadi bersyukur aja jika sampai detik ini kamu masih bisa menatap mata ayahmu. Mungkin bahasa tubuhnya ga bisa bilang betapa bangganya beliau pada anaknya. Tapi dari kerut-kerut dimatanya kamu bisa tau, ga ada yang bisa menggantikan kebanggaan beliau selain melihat kebahagiaan anak-anaknya.

Monday, November 10, 2014

Waktu Hujan Turun

Sudah dua hari ini hujan turun menghantarkan titik-titiknya untuk jatuh ke bumi. Iya, akhirnya yang dinanti turun juga. Beberapa orang mungkin ga suka hujan turun, seperti tukang es cendol misalnya. Kenapa musti tukang es cendol sih, Chie? Yaaa.. Ga mungkin tukang bajigur dong, malah seneng dese dagangannya laku.

Ini mau ngomongin apa sih sebenernya?

Cuma lagi kangen aja sama hujan. Soalnya belakangan air tanah di rumah kering karena kemarau. Walhasil mandi juga mesti hemat-hemat. Nemu air segayung dua gayung tuh berasa surga. Haha.

Tapi sekarang yang saya kangenin bukan hujan derasnya. Melainkan hujan rintik-rintik kaya malam ini. Kecil tapi banyak. Uap-uap dinginnya mengaburkan pandangan. Yang keliatan cuma pendar lampu jalanan dan lampu merah dipersimpangan jalan.

Saya ngintip kaca depan taksi yang jadi tumpangan saya pulang malam ini. Gelap. Bahkan muka bapak taksi aja ga keliatan. Biasanya bapak taksi bisa jadi teman bicara yang menyenangkan. Namun ga kali ini. Saya dan bapak taksi diam dalam keheningan. Masing-masing sibuk membolak-balik kenangan.

Makin lama hujan di kaca jendela turun semakin deras. Saya kemudian memilih untuk merapatkan jaket dan kembali menghirup udara melalui sela-sela.

Waktu hujan turun, semua terlihat sama.

Wednesday, November 5, 2014

Setiap Orang Punya Mimpi

Ada yang berlari dan mengejarnya.
Ada yang membuang dan melepasnya.
Ada yang diam dan hanya menyimpannya dalam hati sampai dia pergi.

Kamu yang mana?

Sunday, November 2, 2014

Jadi Gini

"Chie, gue tiba-tiba ditelpon orang rumah terus disuruh gini gini gitu gitu, jadi ga jadi ketemuan sore ini, maaf ya."
"Oh, gitu. Oke."
*klik*
Telepon langsung saya tutup begitu dia selesai ngomong. Saya lagi ga pengen banyak tanya. Alih-alih hemat tenaga. Dua mingguan ini kondisi tubuh lagi ga enak. Mungkin efek pms.

Dan biasanya saya bakal baik-baik aja dengan pembatalan sepihak itu. Seperti yang udah-udah. Bedanya kali ini, kok ya rasanya pengen garuk-garuk tanah.

Saya diem. Nginget-nginget apa pernah saya sengeselin itu. Uda janji sama seseorang, saya yang 'maksa' buat ketemu, trus tiba-tiba batalin untuk hal lain yang saya tau saya bisa nolak.

Semoga ga yah.

Karena saya ga pernah tau, dibalik janji yang saya buat, mungkin dia udah mengorbankan sesuatu.