Sunday, September 21, 2014

Ketika Saling Membenci

Pernahkan kamu merasa begitu terluka? Ketika dua orang yang kamu sayangi tiba-tiba saling membenci.

Tatapan mata yang dulu berbinar ketika bertemu. Sekarang tajam menghunus seperti pedang. Kata-kata kasar berhamburan. Dari bibir yang dulu pernah saling memuji. Kebencian yang menurut Alena ga seharusnya ada disana.

"Hingga saat ini, aku masih merasa ga da pria yang bisa menjagamu dengan baik selain dia", ucap Alena lirih.

Dia, pria yang katamu ga pernah membelamu di depan ibunya dan memilih membelamu dalam diam demi menjaga hati ibunya. Dia, pria yang katamu selalu memintamu pulang ketika malam tiba dan ga memberimu waktu untuk sekedar menyapa keramaian. Dia, pria yang masih bisa bersabar ditengah naik turunnya emosimu dan tajamnya tatapan mata. Dia, pria yang meskipun pagi ini kamu bentak bahkan sore harinya masih bersedia menyelamatkanmu dari kemacetan ibu kota. Apalagi yang kamu mau, Fey?

"Aku ga pernah meminta dia untuk baik sama aku Al", belamu kala itu.

Pria baik ternyata ga cukup baik untuk membuatmu tetap berada di sampingnya ya? Kamu dengan mudahnya membenci dia. Melupakan semua kebaikan dia. Kamu tau pasti bahwa kamu bukan malaikat kan, Fey? Kamu tidak bisa merekatkan hati yang retak dan patah kembali seperti semula. Kamu tau betul dia terluka.

"Pria yang tulus menyayangimu akan memberi tanpa perlu kamu minta, Fey. Dan itu yang dia lakukan", jelas Alena.
"Kamu ga akan ngerti Al", Fey mulai malas berdebat.
"Fine, buat aku mengerti", putus Alena.

Fey menarik napas yang kini mulai terasa berat. Baginya ini semua sudah berakhir dan tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia merasa lelah. Dengan aturan. Dengan penerimaan keluarganya. Dengan sikapnya yang kekanakan. Dan ini puncaknya.

"Aku menemukan sosok ayah pada pria lain Al, dan itu bukan dia", tegas Fey.
"Ayah sudah lama pergi Fey, seharusnya kamu tau itu", Alena berusaha menghindari tatapan mata Fey.

"Dan satu lagi, kamu ga sepantasnya membenci dia", air mata Alena mulai menggenang di pelupuk mata.

Alena terlalu menyayangi keduanya. Tidak akan ada yang bisa menyamai ayah. Baik dia. Atau siapapun kelak yang jadi pendampingmu. Dan itu bukan pembenaran untuk kamu bisa membenci dia, Fey. Pria yang dulu pernah ada dihidupmu.

"Aku ga ingin memaksamu, apapun yang membuatmu merasa bahagia", Alena menyerah.

Apapun yang Alena katakan, percuma. Ketika waktu menyapa dan kamu tersadar, Fey. Maka berharap semuanya belum terlambat.

Saturday, September 6, 2014

Hic et nunc*

As we grow up, we learn that even the one person that wasn't supposed to ever let us down, probably will. You'll have your heart broken and you'll break others' hearts. You'll fight with your best friends or maybe even fall in love with them, and you'll cry because time is flying by.

So take lots of pictures, laugh a lot, forgive freely, and love like you've never been hurt. Life comes with no guarantees, no time outs, no second chances. You just have to live life to the fullest, tell someone what they mean to you, speak out, dance in the pouring rain, hold someone's hand, comfort a friend in need, fall asleep watching the sun come up, stay up late, and smile until your face hurts.

Don't be afraid to take chances or fall in love and most of all, live in the moment because every second you spend angry or upset is a second of happiness you can never get back.

* Here and now
** Took from Antologi Rasa