Gw memutuskan untuk menemui seseorang hari itu. seseorang yang sekarang menjadi amat penting dalam hidup gw. Dengan berbagai pertimbangan akirnya gw menuju tempat dimana gw akan menunggu dia sebelum kita bertemu sehabis jam kantor selesai.
Dan disinilah gw berada sekarang. Menghabiskan kurang lebih dua jam kedepan hanya untuk menunggu. Pekerjaan yang sebenarnya sangat gw benci. Siapa yang suka menunggu? Apalagi tanpa teman yang menemani. Tapi kali ini berbeda. Karena gw akan bertemu seseorang yang amat mempengaruhi hidup gw. Dan tempat menunggu kali ini adalah salah satu tempat yang gw suka. Yang gw yakin tidak akan membuat gw merasa bosan. Tempat dimana gw bisa bermain dengan imaji.
***
Setelah turun dari metromini yang gw naiki. Gw bergegas masuk ke dalam. Tak sabar rasanya ingin mencium aroma wangi yang sudah lama ga pernah gw hirup. Angin dingin tiba tiba berhembus menggantikan rasa panas, sumpek dan pengap yang gw rasakan di dalam metromini tadi. Suasana lengang menyergap seiring berjalannya gw menuju tempat penitipan barang. Hanya ada beberapa orang berdiri di sudut sudut meja berkaca besar yang memagari barang barang elektronik agar tidak tersentuh tangan tangan jail.
Gw bergegas naik menuju lantai 2. Gw ga tau apa yang akan gw lakukan untuk membunuh waktu kemudian. Gw hanya tau kali ini gw akan membiarkan imajinasi gw berkelana liar kemana ia mau. Deretan deretan lembaran kertas yang direkatkan menjadi satu itu sejenak membuat mata gw berkunang kunang. Sudah lama gw ga pernah kesini.
Sejenak imajinasi gw melayang ke taun taun dimana gw masih menjadi bocah SMP. Setiap pergi ke mall, gw selalu dan tidak pernah absen untuk mendatangi tempat ini. Tiap datang ke tempat yang serupa seperti ini, gw selalu tidak sabar untuk berlomba lomba mencari harta karun yang terpendam bersama dengan adik dan kakak gw. Semakin beranjak dewasa, maka perlombaan itu sudah hampir ga pernah gw lakukan lagi. Menemukan harta yang gw mau dalam tumpukan harta rasanya sungguh nikmat. Serasa bertemu air di tengah gurun. Apalagi ketika gw tanpa sadar terhisap ke dalam dunia tanpa batas itu.
Ah. Gw harus segera kembali kedunia nyata sepertinya. Gw agak setengah hati untuk menyusuri lantai 2 itu. Deretan karya karya ilmiah. Ilmu pengetahuan sosial. Kumpulan best seller. Entah apa yang gw cari. Tapi gw tau gw ga pengen berada di lantai itu. Akhirnya gw hanya memutari lantai itu satu putaran dan memutuskan untuk menaiki escalator di depan mata.
Di lantai 3 gw menjejakkan kaki. Gw mengampiri deretan kertas kertas yang berisikan gambar gambar. Tanpa sadar gw mencomot satu persatu kertas kertas yang terkumpul menjadi satu itu. membolak balik apa yang gw cari. Tidak bisa menemukan. Kemudian mencari lagi. Menaruh lagi. Mencari lagi. Menaruh lagi. Mencari lagi. Sampai pada akirnya gw [merasa] menemukan apa yang gw mau. Gw sadar. Euphoria itu tidak lagi sama seperti dulu.
Setelah melahap dua buah kumpulan kertas berisi ‘sesuatu’ dipojokan, gw mulai bosan. Dinginnya ruangan juga tak bisa menahan gw untuk duduk lebih lama. Gw mulai bangkit dan berjalan menuju pojokan lain diruangan itu. Kaca kaca besar transparan memperlihatkan awan awan yang mulai menghitam. Rintik gerimis mulai turun. Aspal hitam pekat dilapisi hujan. Dua jam terasa lebih lama dari biasanya. Entah karena euphoria itu sudah tidak lagi sama atau karena gw yang sudah tak sabar ingin bertemu dia.
Gw melihat pemandangan yang sudah teramat biasa kemudian.




Gw duduk dibalik kaca besar transparan. Sebelumnya gw melakukan hal yang sama seperti yang tampak pada foto. Dan kali ini gw melakukannya lagi dipojokan berbeda. Namun tidak terfokus pada apa yang gw baca. Gw yakin mereka bisa dan mampu untuk membawa pulang kertas kertas itu untuk mereka baca dirumah. Atau mereka hanya berprinsip “kalo bisa gratis, buat apa beli”. Atau memang harga kertas kertas itu terlalu mahal bagi orang orang tertentu sehingga mereka lebih memilih untuk melahap habis ditempat. Ah entahlah. Gw tidak terlalu peduli. Mungkin imaji mereka hanya tak ingin menunggu. Gw sempat memperhatikan mereka lama. Memperhatikan mereka ternyata jauh lebih menyenangkan dibanding menyelami apa yang gw baca waktu itu.
Gw mulai bermain dengan imajinasi gw kemudian. Membiarkan ia menyusup, membawa endapan endapan emosi yang telah lama terkubur kembali ke permukaan. Gw ingin tau. Dunia mana yang sedang mereka datangi. Apa yang ada dipikiran mereka. Apakah imajinasi begitu kuat hingga menutup akal sehat. Apa yang mereka rasa ketika berada di dunia lain. Apa yang mereka rasakan sama seperti yang gw rasakan dulu ketika menemukan harta karun serupa yang mereka temukan sekarang. Ah begitu banyak imaji yang berpendar dalam dinginnya ruang waktu itu. Mereka tidak bergeming sama sekali dari kumpulan kertas itu. Begitu serius. Seolah olah sedang menghadapi ujian kenegaraan.
Ini yang gw rindukan. Ini yang telah lama hilang. Gw memang belum bisa merasakan hadirnya imaji saat ini. Namun ruang selalu tersedia. Di dalam mikrolet. Di toko buku. Di tengah kemacetan. Di toilet. Di lorong lorong sepi tak berpenghuni. Di tengah gelapnya malam bercahayakan lilin. Bahkan ditengah derasnya rintik hujan yang jatuh membasahi sepatu.
Tinggal bagaimana gw pintar pintar mencuri waktu. Mencuri dengar. Mencuri pandang. Untuk kemudian disisipkan menjadi sebuah cerita. Cerita kita. Tentang gw dan imaji. Mungkin dilain waktu.
***
Dua jam tak terasa sudah. Gw beranjak dan mengembalikan kumpulan kertas yang menemani gw sedari tadi. Langkah kaki kini terasa lebih ringan. Entah karena gw sudah menemukan apa yang gw cari atau karena gw akan segera bertemu dia. Satu hal yang gw sadari: imaji tak berdiri sendiri. Jika kamu melihatnya berdiri tegak sendiri, berarti kamu bermimpi.
Pertamaaaaaaaaaaaaaaaaaax niih hehehe
ReplyDeleteSaya selalu kuatir ketika membuat dia menunggu. Terutama menunggu saya.. Terutama ketika ia harus menunggu sendiri. Karena setahu saya, menunggu memang menjadi salah satu hal yang tidak dia suka. Karena itu saya kuatir dia akan bosan, sebal, kesal atau apapun yang memutar moodnya menjadi tidak enak.
ReplyDelete"Kan aku udah pernah bilang, kalau mulai sekarang menunggu akan jadi hal yang lebih menyenangkan." Begitu dia pernah berkata padaku ketika aku mengatakan kekuatiranku jika membuatnya menunggu. Saya tersenyum mendengarnya.. Ucapan itu manjur dan membuat saya lebih tenang.
Saat tanggungjawab hari itu terpenuhi, saya dengan agak tergesa membereskan segala benda berserakan di meja. Tidak ingin membiarkan dia menunggu lama lagi. Setibanya dia di sini, di tempat saya berada saya tidak ingin membiarkannya menunggu lebih lama lagi.. :)
hehe, makasih jg y k uda dteng . . tengs bwd supportny juga! smangat!
ReplyDeletehe em, pengin juga main k jakarta . . hehe
wah..kalau 2 jam menunggu berada di tempat itu si pasti ga bakal bosen.. kecuali klo selama nunggu,, ga ngapa2in,, dan di tempat yg enak, walaupun nungguin orang yg ditunggu-tunggu. tapi saran lo boleh juga,, imaji.. selagi menunggu. mungkin asik.
ReplyDelete