Monday, December 30, 2013

Prasangka

(c) image
Apa yang terpikir dibenakmu ketika melihat eksekutif muda ini berdiri di dekatmu dalam kereta yang berdesakan sambil membuka tab-nya?

Bayangkan kamu berada disebuah kereta ekonomi non-AC Jabodetabek yang hawanya lumayan panas. Penumpang saling berdempetan. Bahkan kebanyakan penumpang berdiri dan saling menyeimbangkan tubuh agar ga terbawa guncangan gerbong.

Seorang eksekutif muda berdiri berdesakan diantara kamu dan penumpang lain. Dia berpakaian jas elegan dengan sedikit tetesan peluh menghiasi dahinya. Namun diantara penumpang yang lain, dia terlihat berbeda dan bersih. Ga berapa lama berdiri, dia membuka handphone tabletnya yang besar. Lebih besar dibanding handphone pada umumnya. Dia sedang menyelesaikan sebuah percakapan penting dengan rekan bisnisnya. 

Tetiba, semua penumpang menoleh dan melirik dia. Apa yang terlintas dibenakmu melihat eksekutif muda tersebut? Apa yang terlintas dibenak penumpang lain?

Di pintu, ada seorang pemuda lusuh membatin,
'Huh, pamer dia dengan barangnya. Sudah tahu di kereta Ekonomi.'
Di belakang pemuda lusuh itu, seorang pedagang membatin,
'Mentang-mentang sekali HP nya seperti itu dipamerkan. Sudah tahu di kereta Ekonomi.'
Seorang nenek-nenek membatin,
'Orang muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer. Naik kereta Ekonomi, pamer-pameran.'
Seorang emak-emak membatin,
'Mudah-mudahan suami saya ga senorak dia. Norak di kereta Ekonomi bukanlah hal terpuji.'
Seorang gadis ABG membatin,
'Keren sih keren, tapi ga banget deh sama gayanya. Kenapa ga naik kereta AC saja kalau mau pamer begituan?'
Seorang pencopet mengintai,
'Ini penghinaan buat gue. Seenggaknya gue ga bakal nilep barang terang-terangan. Nape ni orang ga naek kereta AC aje si? Pamer segala!'
Seorang pengusaha membatin,
'Sepertinya dia baru kenal 'kaya'. Atau dapat warisan. Hhh...andai dia merasakan jerih pahit saya jadi pengusaha; barang tentu saya tidak akan pamer barang itu di kereta Ekonomi. Kenapa tidak naik AC saja sih?'
Seorang ustadz kampung melirik,
'Andai dia belajar ilmu agama, tentu tidak sesombong itu. Urusan pamer, naiklah ke kereta AC.'
Seorang pelajar SMA membatin,
'Gue tau lo kaya. Tapi plis deh, lo ga perlu pamer gitu kalle' ke gua. Gua tuh ga butuh style elo. Kalo lo emang pengen diakuin, lo bisa out dari sini, terus naik kereta AC. Kalo gitu kan, lo bisa pamer abis. Di sono mah comfort gila. Illfeel gue.'
Seorang tentara membatin,
'Nyali kecil, pamer gede-gedean. Dikira punya saya tak segede itu. Kalau mau belagak pamer, pamer sekalian di kereta AC.'
Seorang penderita busung lapar membatin,
'Orang ini terlalu sombong, ingin pamer di depan rakyat kecil. Padahal kereta untuk orang semacam ini adalah kereta AC, bukan kereta ekonomi yang isinya rakyat kecil.'
Seorang mahasiswa di kampus ternama membatin,
'Gue ga tega orang begini idup. Gue agak heran, ni orang nyawanya berape. Belagu amaat! Pengen banget gue usir biar die naik kereta AC aja.'
Sang eksekutif muda tersenyum, kemudian menyimpan tablet besar itu di tas nya. Pikirannya hanya terfokus pada hal yang baru dia selesaikan dengan bantuan tabletnya. Dia tersenyum membatin,
'Alhamdulillah, akhirnya para donatur bersedia membantu semua korban banjir. Alhamdulillah. Ini kabar baik sekali.'
Lalu, dia sempatkan melihat kantong bajunya. Secarik tiket kereta ekonomi berada di dalamnya.

Dia bergumam,
'Tadi sempat tukaran karcis dengan seorang nenek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tidak tega saya. Biarlah dia yang naik kereta AC itu. Mudah-mudahan selamat.'
***
Saya ga akan menyimpulkan apa maksud cerita di atas juga sih. Hanya sebagai pengingat saya aja, sebagai manusia biasa mungkin secara ga sadar saya juga pernah sibuk dengan prasangka buruk.


*cerita diambil dari whatsapp ke whatsapp & diedit seperlunya

No comments:

Post a Comment