Friday, September 29, 2017

Main-Main Ke Museum Di Tengah Kebun

Lama ga main ke museum. Kali ini saya mau ngajak kamu main ke Museum Di Tengah Kebun. Uda lama temen saya, Riki, ngajak main-main ke museum ini. Hanya karena ga da temennya jadi pending melulu. Nah kebetulan weekend kemarin saya dan beberapa teman niat mau keliling Jakarta, jadilah Museum Di Tengah Kebun ini masuk dalam daftar list yang kita kunjungi.

Museum Di Tengah Kebun itu apa?
Museum yang dikelilingi oleh kebun rindang nan hijau. Serius gitu aja? Iya gitu aja. Jadi museum ini adalah rumah tinggal Sjahrial Djalil, seorang kolektor benda seni dan antik yang mengoleksi kurang lebih 4.000 item yang berasal dari berbagai penjuru dunia. 

Rumah tinggal ini di sah kan notaris menjadi museum pada tahun 2009. Sekarang museum ini masih ditinggali oleh Pak Djalil sih, sayangnya beliau terkena stroke dan harus banyak beristirahat di kamar sehingga saya dan teman-teman ga sempat bertemu beliau kemarin.


Rumah Pak Djalil ini terdiri dari kurang lebih 17 ruangan. Tiap ruangnya diberi nama khusus sesuai benda kesukaan Pak Djalil dan diisi oleh benda antik dan unik. Benda-benda tersebut beliau beli dari Balai Lelang Christie yang sering mengadakan lelang di berbagai negara.

Rumah beliau juga dikelilingi oleh kebun yang luasss banget. Total luas museumnya 4.200 meter persegi, sedangkan luas rumahnya hanya 700 meter persegi. Kebayang kan kalo kebunnya lebih luas daripada rumahnya.

Ga cuma di dalam rumahnya aja yang penuh dengan benda bersejarah. Di kebun seluas 3.500 meter persegi juga dihiasi dengan benda-benda ciamik. Kursi-kursi kayu di pendopo, patung-patung penari yang cantik, bahkan hingga patung Ganesha segede gaban ada di kebun ini. Kamu bisa gelundungan dari ujung ke ujung tanpa takut kepentok tembok. Yaaa paling gelundung ke kolam renang aja sih, hehe. 


Ga hanya itu, kebun rindang nan hijau juga dihiasi dengan kandang ayam --yang ayamnya udah entah kemana-- dan kolam renang yang dikelilingi pohon kelapa setinggi alaihim gambreng. Bener-bener serasa dipantai. Sayangnya kolam renang ini ga pernah digunakan, namun tetap terlihat bersih kok karena asisten Pak Djalil selalu membersihkan setiap sudut museum.

Lokasinya dimana?
Lokasi Museum Di Tengah Kebun berada di Jalan Kemang Timur Raya No. 66, Jakarta Selatan. Tepat di samping kantor operasionalnya Gojek.


Dari pinggir jalan kamu akan melihat pagar kayu berwarna cokelat dengan angka 66 di depannya. Dan tulisan "Museum Di Tengah Kebun" di sisi kiri. Sepintas dari pintu masuknya, memang terlihat kecil. Tapi begitu masuk kamu akan dibuat takjub melihat betapa panjang dan lebarnya Museum Di Tengah Kebun.

Gimana caranya kalau mau main?
Museum Di Tengah Kebun buka untuk umum dihari Sabtu dan Minggu. Waktunya hanya dua sesi, dimulai jam setengah 10 pagi atau jam setengah 1 siang. Kamu akan diajak berkeliling museum selama kurang lebih dua jam.

Untuk reservasi tanggal dan waktu bisa melalui SMS atau Whatsapp dengan Mas Rian (081311273300). Kunjungan akan dibuka jika kuota pengunjung terpenuhi, minimal 7 orang dan maksimal belasan orang masih diterima kok, hehe. Ga usah khawatir kalau kamu hanya datang sendiri, karena kamu bisa bergabung dengan kelompok lain yang kebetulan berkunjung dihari yang sama dan berkenalan setelahnya.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Astri Kusumawardhani (@achiesaurus) pada

Bayar ga masuk museumnya?
Ga, sama sekali. Museum ini gratis.. tis.. tisss. Kamu tinggal bawa diri dan dengerin guide nya cerita dengan sepenuh hati.

Saya sempat kepikiran kenapa kebun ini ga disewakan untuk gathering atau private wedding party agar hasilnya dapat digunakan untuk mempercantik museum ya, secantik Museum Ulen Sentalu di Yogyakarta. Setelah nanya sama Riki, guide saya hari itu, Pak Djalil memang ga da niat untuk menyewakan kebunnya. Murni hanya ingin berbagi sejarah melalui museum ini dan menjaga agar benda-benda di museum tidak rusak dan berceceran.

Lalu apa uniknya museum ini?
Yang bikin saya melongo pertama kali adalah kamar mandinya yang lebih besar empat kali lipat daripada kamar tidur utama, yang saking besarnya saya ga tau ukuran tepatnya berapa. Kamu bisa mandi gegoleran sambil hamburin air kemana-mana. Saya mah takut punya kamar mandi segede gitu deh, apalagi kamar mandi dengan konsep alam terbuka seperti yang disukai Pak Djalil.

Kedua, di kamar mandi, saya juga menemukan batu nisan yang sudah Pak Djalil siapkan jika sewaktu-waktu beliau ga ada. Sudah lengkap tertulis, hanya tinggal tanggal wafatnya saja yang belum ada. Namun beliau sudah memikirkan kelangsungan museum dan keseluruhan koleksinya dengan mendirikan Yayasan Museum Di Tengah Kebun yang nantinya akan mengurus museum ketika beliau ga ada. Kita doakan semoga beliau sehat selalu yaaa.

Ketiga, ada satu benda yang proses mendapatkannya unik banget. Sampai beliau harus menukar benda tersebut dengan mendirikan sebuah sekolah.

Keempat, Pak Djalil sepertinya suka dengan konsep angka 66. Selain nomor rumahnya, plat mobilnya pun mempunyai angka yang sama.

Kelima, saya penasaran dengan awal mula kisah suksesnya Pak Djalil. Dari cerita Riki, dalam usia 20 tahunan beliau merupakan salah satu pengusaha muda yang berhasil. Selain berhasil keliling dunia selama berpuluh tahun mengumpulkan benda bersejarah dan mempunyai aset yang ga sedikit, beliau juga dulu mempunyai perusahaan advertising yang di kenal dengan Ad Force Inc.

Jadi museum ini rekomen untuk dikunjungi ga?
Pastinya dong! Belajar sejarah ga melulu harus melalui buku kan. Belajar langsung dari saksi sejarah dan mengunjungi salah satu tempat bersejarah buat saya jauh lebih menyenangkan. Emosinya bisa lebih sampai. Pun memberikan suasana hati yang berbeda.

Saya happy main ke Museum Di Tengah Kebun. Yang bikin lebih bahagia lagi adalah setelah main ke museum saya bisa jajan sepuas hati karena Kemang juga dikenal sebagai kawasan ramah jajanan. Hahaha.

Kamu tau museum mana lagi yang seru untuk dikunjungi?

2 comments:

  1. Ishhh... Keren banget! Nanti kalau aku ke Jakarta, aku harus main ke sini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, harus banget main kesini. Epic museumnya, hehehe

      Delete